Jika diperhatikan, ternyata banyak macam-macam pekerjaan di dunia ini. Pada umumnya mereka bisa dibedakan dari warna kerah bajunya. Seperti pekerja kerah putih atau white collar, pekerja kerah biru, atau blue collar, dan pekerja kerah merah atau red collar. Pembagian ini disebut dengan istilah color collar workers.
Istilah pekerja kerah biru atau blue collar sudah dikenal dari awal tahun 1920-an dan kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang. Lalu pada tahun 1930, istilah pekerja kerah putih atau white collar mulai diperkenalkan sebagai pekerja kantoran.
Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi dan bertambahnya jenis pekerjaan, para pekerja industri bisa dibedakan berdasarkan warna kerahnya. Tidak hanya blue collar saja, tapi kini ada beberapa jenis golongan pekerja yang dibagi berdasarkan warna kerahnya.
Tapi pada pembahasan kali ini, KitaLulus akan menjelaskan terkait pekerja kerah biru atau blue collar. Siapakah mereka? Apa yang mereka kerjakan? Simak penjelasannya di bawah ini.
Pengertian Blue collar
Pengertian dari pekerja kerah biru atau blue collar adalah istilah yang digunakan untuk pekerja atau buruh yang melakukan kerja kasar dan mendapatkan upah atau bayaran per jam. Pada umumnya, mereka adalah pekerja yang berkaitan dengan teknis dan melibatkan fisik.
Dulu para pekerja kerah biru atau blue collar diwajibkan menggunakan seragam berwarna biru karena agar baju tidak cepat kotor. Mengingat mereka lebih sering di lapangan dan melakukan pekerjaan yang melelahkan.
Pada umumnya, pekerja kerah biru atau blue collar tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi untuk melamar pekerjaan. Namun sebagai gantinya mereka harus memiliki keterampilan disuatu bidang khusus yang sesuai dengan pekerjaannya.
Pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh pekerja blue collar ini mencakup bidang manufaktur, penambangan, konstruksi, perbaikan dan pemeliharaan, pemasangan mesin, dan pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan teknis.
Sayangnya, masih ada stereotip pekerjaan terkait pekerja blue collar sampai saat ini. Pekerja kerah biru dianggap lebih rendah dibandingkan pekerja kerah putih. Hal ini terjadi karena pekerja blue collar melakukan pekerjaan manual dan mendapatkan sedikit upah.
Tidak hanya soal gaji, pekerja blue collar juga tidak memiliki karir yang stabil. Sebab mereka bekerja tergantung pada perjanjian kontrak dengan pihak tertentu dan biasanya bersifat sementara.
Lalu, apa perbedaan dengan white collar? Apa yang menjadi pembeda kedua golongan pekerja ini?
Baca juga: Cara Merekrut Karyawan yang Tepat dan Berkualitas
Blue Collar VS White Collar
Ada beberapa hal yang menjadi perbedaan dengan white collar. Tidak hanya dari warna seragam atau kerahnya saja, tetapi perbedaan ini bisa dilihat dari beberapa aspek dalam pekerjaannya. Di antara lain:
1. Pendidikan
Perbedaan pertama dengan white collar adalah pendidikan. Jika pekerja blue collar tidak begitu membutuhkan pendidikan yang tinggi, pekerja white collar harus memiliki kualifikasi pendidikan yang tinggi, ketajaman mental, ilmu dan pengetahuan, dan keahlian di bidang yang dikuasainya.
2. Peran Kerja
Selanjutnya yang menjadi perbedaan dengan white collar adalah peran kerjanya. Jika pekerja blue collar lebih sering menghabiskan waktu di lapangan dan melakukan pekerjaan kasar, maka pekerja white collar menghabiskan waktu di balik meja dan tidak melakukan pekerjaan kasar.
3. Bayaran yang Diterima
Bayaran yang diterima pun menjadi salah satu hal perbedaan dengan white collar. Bayaran yang diterima oleh pekerja blue collar cenderung tidak stabil dan berbeda. Semua itu tergantung dengan kesepakatan upah di awal kontrak. Dari sisi finansial, pekerja kerah putih cenderung mendapatkan penghasilan yang stabil.
4. Jenis Profesi yang Dilakukan
Hal berikutnya yang menjadi perbedaan dengan white collar adalah jenis profesi yang dilakukannya. Pekerja blue collar memiliki banyak profesi dan cenderung bisa bekerja di berbagai bidang yang berbeda. Seperti:
Sementara pekerja white collar cenderung melakukan pekerjaan di belakang meja, seperti:
- Software developer
- Akuntan atau auditor
- Market research analyst
- Staf Administrasi
- CEO, COO
- Dan masih banyak lainnya
5. Gaya Berpakaian
Hal umum yang menjadi perbedaan dengan white collar adalah gaya berpakaian. Pekerja blue collar cenderung menggunakan seragam pekerja yang sudah ditentukan. Sementara pekerja white collar cenderung berpakaian formal seperti kemeja, celana panjang, dan menggunakan dasi.
6. Fasilitas Pendukung
Perbedaan dengan white collar selanjutnya adalah fasilitas pendukung penunjang pekerjaan. Pekerja kerah putih mendapatkan fasilitas pendukung seperti komputer, meja, ruang rapat, dan lain-lainnya. Sehingga masa depan mereka dianggap lebih cerah dibandingkan dengan pekerja blue collar. Sementara ang menjadi fasilitas pendukung pekerja blue collar adalah alat berat, alat teknisi, dan alat-alat pekerjaan manual lainnya.
Baca juga: Mari KitaNgobrol Strategi Ampuh Dapatkan Karyawan Blue Collar Sebagai HRD
Jenis-jenis Golongan Pekerja Berdasarkan Warna Kerahnya
Di dalam dunia kerja, para pekerja dibagi berdasarkan warna kerahnya. Terdapat beberapa warna kerah pekerja sesuai dengan jenis industrinya masing-masing. Diantaranya adalah:
1. Pekerja Kerah Biru (Blue collar)
Pekerja kerah biru cenderung melibatkan tenaga kerja manual dan menerima upah bayaran per jam. Para pekerja blue collar biasanya ditemukan dalam industri konstruksi, manufaktur, pemeliharaan, pertambangan, dan jenis pekerja kasar lainnya.
Para pekerja blue collar cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di lapangan dan memerlukan alat-alat teknisi untuk menunjang pekerjaannya. Mereka diwajibkan memiliki keahlian di bidang tertentu dan cenderung tidak membutuhkan jenjang pendidikan yang tinggi.
2. Pekerja Kerah Putih (White collar)
Para pekerja kerah putih atau white collar cenderung memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan administrative. Selain itu, pekerja kerah putih dikenal sebagai pekerja yang mendapatkan gaji lebih tinggi dan bisa melakukan pekerjaan secara terampil meskipun bukan pekerjaan manual.
Dalam ranah pekerjaan, white collar lebih fokus mengedepankan pengetahuan sehingga membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi, kecerdasan, dan keahlian tertentu untuk melegitimasi bidang pekerjaannya.
Biasanya pekerja white collar didominasi dengan kemeja putih, celana panjang, dan dasi. Mereka bekerja di kantor dan cenderung memiliki pendidikan tinggi. Sehingga mereka mendapatkan pekerjaan yang nyaman dengan berbagai fasilitas pendukung.
3. Pekerja Kerah Abu-abu (Grey collar)
Istilah pekerja kerah abu-abu adalah untuk pekerja yang tidak dapat diidentifikasikan sebagai pekerja kerah biru atau kerah putih. Pada dasarnya pekerja grey collar digunakan untuk menggambarkan pekerja yang bekerja setelah pensiun dan pekerjaan yang menggabungkan kedua unsur blue collar dan white collar.
Pekerja grey collar cenderung memiliki gelar pendidikan tinggi di bidang tertentu. Selain itu mereka juga perlu memahami keahlian teknis, kompetensi analitis, dan keterampilan administratif. Beberapa industri yang termasuk dalam pekerja grey collar adalah:
- Agrobisnis dan pertanian
- Kesehatan, penitipan anak, dan sektor layanan pribadi
- Militer, keamanan, dan pertahanan sipil
- Industri makanan dan katering
- Teknisi teknologi tinggi
- Perdagangan terampil, teknisi, dan lain-lainnya.
4. Pekerja Kerah Hijau (Green collar)
Istilah green collar diperkenalkan pada tahun 1976. Pekerja green collar biasanya bekerja di industri bidang lingkungan pada sektor ekonomi. Istilah ini muncul seiring dengan berkembangnya pekerjaan atau pelayanan yang ramah lingkungan.
Pekerja green collar bisa ditemukan di industri bangunan dan konstruksi hijau, energi terbarukan, manufaktur ramah lingkungan, dan lain-lain yang berhubungan dengan keramahan lingkungan.
5. Pekerja Kerah Merah Muda (Pink collar)
Secara tradisional, yang termasuk dalam pekerja pink collar adalah wanita dan yang berpenghasilan rendah. Istilah ini diperkenalkan pada akhir tahun 1990-an. Pekerja pink collar biasanya bekerja di industri jasa.
Beberapa contoh pekerja pink collar ini seperti perawat, sekretaris, dan guru. Meskipun begitu, seiring dengan berkembangnya teknologi, pekerja pink collar juga mengalami pertumbuhan. Banyak pekerjaan yang membutuhkan keterampilan komputer, namun tidak membutuhkan keterampilan tingkat lanjut.
6. Pekerja Kerah Kuning (Yellow collar)
Pekerja kerah kuning merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan para pekerja di dunia kreatif. Hal ini terjadi dengan seiring berkembangnya industri pekerjaan yang membutuhkan keahlian kreatif tertentu. Pada umumnya, pekerja yellow collar juga melakukan pekerjaan blue collar dan white collar.
Misalnya saja fotografer, desainer grafis, content writer, editor, penyiar radio, dan lain-lainnya.
Baca Juga: Apa Itu SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia)? Ini Fungsi, Tujuan, dan Jenisnya
7. Pekerja Kerah Terbuka (Open collar)
Teknologi yang semakin berkembang memungkinkan para pekerja untuk bisa bekerja dari rumah. Hal ini dikenal dengan istilah remote working. Para pekerja yang melakukan remote working inilah yang disebut dengan pekerja open collar. Mereka termasuk pekerja freelance yang bekerja jarak jauh.
8. Pekerja Kerah Hitam (Black collar)
Istilah pekerja kerah hitam atau black collar diberikan bagi pekerja yang bekerja di industri pertambangan atau perminyakan. Terkadang istilah pekerja black collar juga digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang terlibat di dalam kegiatan black market.
9. Pekerja Kerah Emas (Gold collar)
Istilah ini pertama kali dikenalkan pada tahun 1985 dan merujuk pada pekerja mudah dengan gaji rendah namun gemar memberi barang mewah. Tidak hanya itu, istilah pekerja gold collar juga bisa diperuntukkan orang-orang yang sangat terampil dan pandai. Misalnya pengacara, periset, dan dokter.
Itulah penjelasan mengenai pekerja blue collar, pengertiannya, perbedaan dengan white collar, dan jenis-jenis pekerjaan berdasarkan warna kerahnya. Namun kini seiring dengan berkembang zaman, istilah pekerja dengan warna kerah sudah jarang digunakan.
Apapun warna kerahnya, kita harus menghargai usaha dan upaya yang mereka berikan untuk keberhasilan suatu perusahaan. Sebab, tanpa mereka perusahaan mungkin saja tidak bisa beroperasi dan sukses.
Lalu bagi Anda yang mencari karyawan untuk menunjang produktivitas perusahaan, bisa menaruh lowongan pekerjaan di KitaLulus. Tidak hanya di Jabodetabek, KitaLulus juga beroperasi di kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Makassar, Surabaya, Medan, Semarang dan Gowa.
Tunggu apa lagi? Daftarkan diri Anda sekarang juga untuk memasang lowongan pekerjaan di KitaLulus. Dapatkan karyawan terbaik untuk perusahaan Anda bersama KitaLulus.