Hard selling adalah – Ada berbagai macam cara dalam melakukan penjualan. Hard selling adalah salah satu yang biasa digunakan oleh para pelaku usaha untuk memasarkan produknya. Dapat dikatakan bahwa metode penjualan ini merupakan metode yang terlihat seperti “memaksa” pelanggan. Sebab, hard selling adalah taktik penjualan yang didesain sedemikian rupa agar pelanggan langsung melakukan pembelian tanpa harus melakukan pertimbangan sebelumnya. Sehingga produk yang ditawarkan bisa cepat habis terjual.
Mari kita telusuri lebih lanjut terkait metode penjualan hard selling, perbedaannya dengan soft selling, dan beberapa contohnya yang perlu Anda ketahui pada pembahasan bawah ini.
BACA JUGA: Strategi Omnichannel dalam Bisnis, Manfaat, dan Contoh Penerapannya
Pengertian Hard Selling
Pada prakteknya, setiap taktik penjualan akan mengalami perubahan berdasarkan kondisi pasar dan produk yang ditawarkan. Bisa jadi saat ini Anda menggunakan taktik soft selling dan di kemudian hari menggunakan hard selling. Hal ini bukan berarti salah satu metode penjualan tersebut lebih baik daripada yang lain. Semuanya bergantung pada kondisi dan kebutuhan.
Melansir dari laman investopedia, hard selling adalah sebuah taktik penjualan yang menggunakan iklan sebagai pendekatannya dan menggunakan bahasa yang langsung dan mendesak.
Hard selling adalah taktik yang sengaja didesain untuk membuat pelanggan melakukan pembelian produk dan/atau jasa dalam jangka waktu yang singkat. Dalam hal ini pelanggan tidak memiliki waktu untuk mempertimbangkan keputusan pembelian produk dan/atau jasa tersebut. Maka dari itu, taktik ini terkesan agresif dan memaksa pelanggan.
Bisa juga dikatakan bahwa hard selling adalah sebuah taktik yang menggunakan tekanan cukup tinggi dengan memanfaatkan ketakutan pelanggan akan ketersediaan produk yang terbatas. Sehingga secara tidak langsung pelanggan jadi melakukan pembelian secara impulsif karena takut kehabisan. Karena, tujuan utama dari hard selling itu sendiri adalah untuk memberikan tekanan secara langsung ke pelanggan dengan harapan mereka akan membeli produk dan/atau jasa yang Anda jual. Setidaknya hal ini berlaku sampai pelanggan menolak desakan sebanyak tiga kali.
Kapan Hard Selling Digunakan?
Lalu, kapan Anda bisa menggunakan hard selling? Seperti yang disebutkan sebelumnya, taktik agresif ini akan memaksa pelanggan untuk membeli produk dan/atau jasa dalam jangka waktu yang dekat.
Meskipun ketika pelanggan menolaknya atau mengatakan “tidak”, sales akan terus mendesak mereka sampai mendapatkan tiga kali penolakan. Agar taktik ini berhasil, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan, seperti:
- Meyakinkan pelanggan bahwa produk yang ditawarkan memiliki persediaan yang terbatas
- Mengatakan kepada pelanggan bahwa ada banyak orang yang berada di waiting list untuk membeli produk tersebut
- Menyampaikan pada pelanggan bahwa harga produk akan mengalami kenaikan jika tidak dibeli sekarang juga
Namun pada prakteknya, waktu yang tepat untuk menggunakan taktik hard selling adalah ketika pelanggan sedang dalam keadaan mendesak dan membutuhkan solusi dengan cepat. Tingkat urgensi tentu bisa menyukseskan taktik penjualan agresif ini.
Contoh hard selling adalah ketika pakaian yang dikenakan pelanggan robek secara tiba-tiba, maka Anda bisa menggunakan taktik ini untuk mempercepat transaksi penjualan. Sebab, pelanggan memerlukan solusi dengan segera.
Selain itu, Anda juga mungkin bisa menggunakan taktik ini untuk produk yang memiliki harga murah. Tentu produk dengan harga miring akan menarik perhatian pelanggan tanpa susah payah, bukan? Misalnya, ketika Anda ingin menjual sisa stok gudang yang belum laku dengan harga murah. Tentu dengan adanya label “potongan harga” atau “banting harga” atau “dijual murah”, pelanggan akan langsung melirik produk tersebut.
Bagaimana Cara Melakukan Hard Selling?
Setelah Anda mengetahui kapan harus menggunakan taktik hard selling, sekarang saatnya kita membahas terkait cara melakukannya. Merujuk pada laman indeed, ada empat cara yang bisa melancarkan taktik ini. Di antaranya adalah:
1. Kenali Produk Anda Lebih Dalam
Cara pertama melakukan hard selling adalah dengan mengenali produk lebih dalam. Artinya, kesuksesan taktik ini tergantung pada sejauh mana Anda memahami produk yang dijual. Dengan kata lain, Anda harus betul-betul menguasai seluruh product knowledge. Semakin Anda menguasainya, maka Anda bisa menjawab semua pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan pelanggan dengan cepat dan meyakinkan.
Hal yang harus Anda perhatikan di sini adalah cara dan keahlian dalam meyakinkan pelanggan. Sehingga mereka mau menerima rujukan Anda untuk melakukan pembelian.
2. Kenali Target Pelanggan Anda
Selain mengenali produk, Anda juga perlu mengenali target pelanggan. Kunci sukses dari hard selling adalah dengan melakukan pengamatan langsung, berempati, dan kemampuan untuk menganalisis pelanggan.
Artinya, Anda juga harus menyesuaikan kegiatan pemasaran dengan produk yang dijual. Misalnya, Anda menjual barang antik, maka buyer persona yang harus Anda buat adalah mereka yang menyukai barang antik. Mulai dari kebiasaan, tren, dan perilaku pelanggan. Sehingga Anda bisa membuat promosi yang tepat.
3. Libatkan Pelanggan dalam Berbagai Media
Kunci sukses lainnya dari hard selling adalah melibatkan pelanggan dalam berbagai media komunikasi. Hal ini termasuk email, iklan, dan sosial media. Tujuannya adalah agar Anda bisa mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan.
Anda juga harus bisa memberikan tanggapan balik dengan cepat. Hal ini tentunya berkaitan dengan kepuasan pelanggan. Setanggap apa Anda dalam memberikan solusi terkait masalah yang dihadapi mereka.
4. Meningkatkan Keterampilan
Cara terakhir untuk melakukan hard selling adalah dengan meningkatkan keterampilan komunikasi, negosiasi, dan kemampuan beradaptasi. Anda bisa berlatih mempromosikan penjualan dengan rekan kantor atau orang terdekat atau mengikuti kursus online.
Perbedaan Hard Selling dan Soft Selling
Meskipun keduanya adalah taktik penjualan, ada perbedaan mendasar antara hard selling dan soft selling. Selain itu, Anda juga tidak bisa menggunakan keduanya secara bersamaan.
BACA JUGA: 10 Contoh Strategi Promosi Terampuh di Era Digital
Pada prakteknya, perbedaan hard selling dan soft selling adalah cara kerjanya. Taktik hard selling menggunakan cara kerja yang agresif dan memaksa agar pelanggan mau melakukan pembelian tanpa mempertimbangkannya terlebih dulu.
Sedangkan cara kerja soft selling adalah membangun koneksi dengan pelanggan. Taktik soft selling memberikan waktu kepada pelanggan untuk mempertimbangkan pembelian. Sehingga pelanggan tidak “dipaksa” dan tidak terburu-buru dalam melakukan pembelian.
Baik itu taktik hard selling atau soft selling, Anda bisa menggunakan keduanya. Hanya saja dikembalikan lagi pada situasi, kondisi, dan sesuai dengan kebutuhan penjualan Anda.
Pro dan Kontra Hard Selling
Tidak dipungkiri bahwa hard selling adalah taktik penjualan yang agresif dan memaksa. Sehingga banyak orang yang memandang taktik ini dengan buruk. Padahal nyatanya, keuntungan yang didapatkan dari taktik ini tidak sedikit.
Taktik hard selling akan sangat efektif untuk memenangkan persaingan karena pelanggan tidak memiliki waktu untuk melakukan perbandingan. Namun disisi lain, hal ini bisa membuat pelanggan kewalahan dan merasa tertekan karena paksaan yang tergesa-gesa.
Hal ini bisa menyebabkan pelanggan merasa tidak nyaman dan mengurangi tingkat kepuasan mereka pada produk yang Anda tawarkan. Bahkan buruknya, mereka bisa tidak merekomendasikan produk Anda ke orang lain dan Anda bisa saja kehilangan pelanggan.
Berikut beberapa pro dan kontra dari hard selling yang perlu Anda pertimbangkan. Di antaranya adalah:
1. Pro:
- Memudahkan salesperson dalam melakukan penjualan dan bisa mencapai target dengan waktu yang cepat
- Dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan menjadi solusi mereka disaat yang mendesak
- Bisa menutup persaingan karena pelanggan tidak diberikan waktu untuk mempertimbangkan keputusan pembelian.
2. Kontra:
- Mendorong pelanggan menjauh karena selalu didesak oleh salesperson
- Mengusir calon pelanggan karena mereka tidak menemukan kepuasan dari cara penjualan yang dilakukan
- Bisa merusak citra dan reputasi perusahaan
Contoh Hard Selling
Agar lebih jelasnya mengenai praktek taktik hard selling, berikut contoh studi kasus yang bisa Anda pelajari, yaitu:
- Industri makanan merupakan salah satu contoh hard selling yang paling umum. Mulai dari pedagang kaki lima hingga restoran berbintang lima. Dalam hal ini, pelanggan diharuskan melakukan keputusan secara mendesak untuk memenuhi rasa lapar mereka.
- Iklan penjualan yang ditampilkan di tv juga merupakan contoh hard selling yang sering ditemukan. Salesperson atau pembawa acara tersebut akan mengatakan beberapa alasan dan penawaran yang membuat pelanggan bisa melakukan pembelian dengan cepat.
Itulah beberapa penjelasan mengenai hard selling, waktu yang tepat untuk menggunakannya, cara melakukannya, perbedaannya dengan soft selling, pro dan kontra, serta contoh hard selling yang paling sering ditemui.
Perlu Anda ketahui bahwa, praktek taktik hard selling ini sering kali dianggap negatif dan tidak bermoral. Maka dari itu, Anda perlu menyesuaikan dengan kebutuhan penjualan. Bahkan sebenarnya lebih baik menggunakan taktik soft selling.
Tentunya, untuk kelancaran taktik ini Anda membutuhkan seorang salesperson yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Anda bisa langsung menaruh informasi lokernya di platform pencari kerja, KitaLulus. Terlebih saat ini, KitaLulus sudah beroperasi di Jabodetabek, Bandung, Makassar, Medan, Surabaya, Gowa, dan Semarang.
Sehingga Anda bisa mendapatkan pilihan kandidat terbaik dengan cepat, mudah, aman, dan terpercaya dalam hitungan hari. Segera daftarkan diri Anda untuk memasang iklan lowongan pekerjaan di KitaLulus secara gratis! Temukan salesperson yang terbaik di bidangnya, bersama KitaLulus mulai dari sekarang!