Tentu Anda sudah tidak asing dengan istilah inflasi, bukan? Dalam istilah ekonomi, inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi dalam beberapa kurun waktu tertentu secara terus menerus.
Tidak hanya itu, inflasi adalah suatu kondisi ekonomi yang jika bisa harus dihindari oleh setiap negara. Mengapa demikian? Apa penyebab inflasi? Lalu apa dampak inflasi bagi perusahaan?
Pelajari lebih lanjut terkait apa itu inflasi, jenis, rumus perhitungan, dan cara mengatasinya di bawah ini.
Apa itu Inflasi?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian inflasi adalah kemerosotan nilai mata uang yang disebabkan banyaknya dan cepatnya uang kertas beredar. Hal ini mengakibatkan harga barang-barang menjadi naik secara drastis.
Bank Indonesia juga memberikan pengertian yang sama terkait apa itu inflasi. Dilansir dari laman resminya, inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Perbedaan Inflasi dan Deflasi
Perbedaan inflasi dan deflasi bisa dilihat dari jumlah uang yang beredar. Deflasi adalah penurunan harga barang dan jasa secara umum dalam jangka waktu tertentu. Dalam deflasi, minat beli masyarakat meningkat karena harga barang dan jasa menjadi lebih murah.
Sedangkan inflasi adalah beredarnya mata uang yang banyak sehingga menyebabkan harga barang dan jasa naik. Tidak hanya itu, dampak inflasi juga berimbas pada jatuhnya nilai mata uang suatu negara.
Akan tetapi, dampak inflasi yang menyebabkan harga barang dan jasa naik dianggap sebagai efek negatif. Hal ini karena membuat minat beli masyarakat menurun. Terutama masyarakat dengan ekonomi ke bawah.
Baca juga: Resesi Global 2023? Kenali Dampak & Cara Mengantisipasinya
Penyebab Inflasi
Penyebab inflasi bisa terjadi karena berbagai faktor. Beberapa di antaranya yang umum adalah meningkatnya konsumsi masyarakat, hingga distribusi barang yang tidak lancar.
Agar lebih jelas, berikut beberapa penyebab inflasi:
1. Permintaan
Hal pertama yang menjadi penyebab inflasi yaitu permintaan. Artinya, faktor permintaan masyarakat terhadap satu jenis barang dan/atau jasa sangat kuat. Sedangkan stok yang tersedia tidak banyak atau relatif tetap.
2. Dorongan Biaya
Penyebab inflasi selanjutnya adalah dorongan biaya dari perusahaan yang memproduksi barang dan/atau jasa. Umumnya hal ini disebabkan karena depresiasi nilai tukar, kenaikan komoditi yang diatur oleh pemerintah, bencana alam, hingga distribusi barang dan/atau jasa yang terganggu.
3. Ekspektasi
Ekspektasi yang disebabkan karena perilaku masyarakat yang bersifat adaptif, menjadi salah satu penyebab inflasi. Artinya, masyarakat beranggapan bahwa kondisi ekonomi di masa depan akan menjadi lebih baik.
Hal inilah yang menjadikan masyarakat berekspektasi pada ketersediaan barang dan faktor produksi di masa sekarang dan masa mendatang. Meskipun perusahaan menyediakan stok yang cukup, namun harga barang dan/atau jasa yang ditawarkan bisa mengalami kenaikan.
4. Peredaran Uang Kertas yang Tidak Terkendali
Peredaran uang kertas yang tidak terkendali di masyarakat juga bisa menyebabkan terjadinya inflasi. Fenomena ini bisa menimbulkan harga barang dan/atau jasa menjadi naik.
Akan tetapi meskipun uang beredar banyak, jumlah barang yang bisa dibeli oleh masyarakat terbatas.
5. Politik dan Ekonomi yang Kacau
Satu lagi yang menjadi penyebab inflasi adalah keadaan politik dan ekonomi yang kacau. Biasanya hal ini terjadi ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menaikan harga bahan pokok.
Namun disisi lain, sebelum kebijakan tersebut terjadi sudah banyak produsen yang menimbun bahan pokok untuk dijual dengan harga tinggi. Kenaikan harga inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi panik.
Jenis-jenis Inflasi
Inflasi dibedakan menjadi beberapa jenis, berikut penjelasannya.
1. Berdasarkan Tingkatan
Berdasarkan tingkat keparahan, jenis inflasi ada empat, yaitu:
- Inflasi ringan: laju inflasi di bawah 10% per tahun dan kenaikan harga relatif lambat
- Inflasi sedang: laju inflasi 10%-30% per tahun dan kenaikan harga cukup besar dalam waktu singkat
- Inflasi berat: laju inflasi 30%-100% per tahun dan kenaikan harga barang terjadi secara signifikan dan tidak mudah untuk dikendalikan
- Inflasi sangat berat: laju inflasi melebih 100% dan tidak terkendali. Biasanya hal ini terjadi karena pemerintah mencetak uang dengan jumlah banyak untuk menutup defisit anggaran
2. Berdasarkan Penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya, inflasi dibagi menjadi:
- Permintaan (demand pull inflation): suatu keadaan yang terjadi karena permintaan masyarakat terhadap barang dan/atau jasa tinggi
- Naiknya biaya produksi (cost pull inflation): suatu keadaan dimana biaya produksi naik karena biaya faktor produksi lainnya juga ikut naik
- Penawaran (bottleneck inflation): suatu keadaan dimana permintaan akan barang dan/atau jasa meningkat sementara stok yang tersedia tidak mencukupi
3. Berdasarkan Sumbernya
Pembagian inflasi berdasarkan sumbernya yaitu:
- Domestic inflation: bisa terjadi karena adanya defisit APBN sehingga harus mencetak uang baru dengan jumlah yang banyak. Peredaran uang yang banyak ini menimbulkan harga dan permintaan barang menjadi naik. Sehingga menyebabkan inflasi dalam negeri
- Imported inflation: bisa terjadi karena inflasi luar negeri yang muncul akibat harga barang impor yang naik akibat biaya produksi di luar negeri yang tinggi. Segala jenis barang yang diimpor dari negara yang menaikan tarifnya, maka hal ini akan berdampak pada harga jualnya di Indonesia.
4. Berdasarkan Sifatnya
Satu lagi jenis inflasi dapat dilihat dari sifatnya, yaitu:
- Creeping inflation: cenderung terjadi karena laju inflasi yang rendah sehingga kenaikan harga tidak terlalu signifikan dengan persentase rendah dalam jangka waktu panjang
- Galloping inflation: terjadi karena adanya kenaikan harga yang cukup tinggi dalam waktu yang relatif singkat seperti hanya dalam hitungan minggu atau bulan saja dan memiliki sifat akselerasi
- Hyperinflation: merupakan keadaan inflasi terburuk karena perputaran uang yang cepat dan kenaikan harga tinggi. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak mau menyimpan uang di bank.
Baca juga: Apa Itu Resesi Ekonomi? Ini Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Dampak Inflasi Bagi Perusahaan
Dampak umum dari inflasi adalah harga barang dan/atau jasa yang terus mengalami kenaikan sehingga menyebabkan peningkatan konsumsi masyarakat hingga distribusi barang yang tidak lancar.
Lalu, apa dampak inflasi bagi perusahaan?
Seperti yang diketahui, dampak inflasi memberikan efek yang berbahaya bagi kestabilan ekonomi suatu negara. Hal ini tentu akan memberikan dampak yang tidak menyenangkan bagi para pengusaha dan perusahaan.
Berikut beberapa dampak inflasi bagi perusahaan, di antaranya:
- Harga bahan baku produksi meningkat
- Pendapatan dan laba menurun
- Daya beli konsumen cenderung rendah
- Laju perekonomian melambat
- Penurunan investasi saham
- Defisit neraca pembayaran
- Kenaikan suku bunga
- Penurunan nilai mata uang
- Redistribusi pendapatan
- Biaya ekspor mengalami kenaikan
- Perusahaan bisa mengalami bangkrut jika suatu negara mengalami inflasi yang sangat berat atau lebih dari 100%
Selain itu, masyarakat cenderung memilih untuk membeli banyak barang di satu waktu dibandingkan menunggu harga barang tersebut naik. Namun, jika dilihat dari sisi positifnya, dampak inflasi bagi perusahaan adalah menciptakan lapangan kerja.
Hal ini karena banyaknya permintaan produksi untuk suatu barang dan/atau jasa. Sehingga mau tidak mau perusahaan harus merekrut pekerja tambahan untuk menyelesaikan permintaan pelanggan.
Cara Mengatasi Inflasi
Jika suatu negara mengalami inflasi lebih dari 30% atau 100%, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan cara mengatasi inflasi untuk menjaga kestabilan ekonomi. Jika tidak, maka inflasi bisa memberikan dampak buruk bagi suatu negara tersebut.
Adapun cara mengatasi inflasi adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan Kebijakan Moneter
Tujuan mengeluarkan kebijakan moneter adalah untuk menjaga kestabilan peredaran uang di suatu negara.
Dalam hal ini, Bank Indonesia harus mengurangi peredaran uang di masyarakat. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menjual surat utang negara atau obligasi.
2. Mengeluarkan Kebijakan Fiskal
Berikutnya adalah mengeluarkan kebijakan fiskal. Tujuannya untuk memberikan pengaruh penerimaan dan pengeluaran anggaran negara. Selain itu, pemerintah juga bisa menaikan tarif pajak dan mengurangi anggaran belanjanya.
3. Mengeluarkan Kebijakan Non-Moneter dan Fiskal
Satu lagi cara mengatasi inflasi adalah dengan mengeluarkan kebijakan non-moneter dan fiskal. Artinya, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang tidak terkait dengan keuangan atau anggaran negara.
Misalnya seperti meminta perusahaan untuk meningkatkan produksi dan menetapkan harga maksimal di ekonomi masyarakat.
Baca juga: Apa Itu Deadweight Loss? Ini Penyebab dan Cara Hitungnya
Rumus Inflasi
Setelah mengetahui penyebab dan dampak inflasi, tentu Anda ingin melakukan pengukuran inflasi.
Cara menghitung inflasi bisa dilakukan dengan menggunakan kalkulator inflasi yang tersedia di beberapa situs online dan menggunakan rumus inflasi.
Pada dasarnya, tiga hal yang dijadikan dasar perhitungan rumus inflasi adalah sebagai berikut:
- Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan menghitung rata-rata perubahan harga kumpulan barang dan/atau jasa yang digunakan dalam waktu tertentu
- Produk Domestik Bruto (PDB) Deflator dengan melihat perkembangan harga di tingkat produsen
- Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dengan memantau harga yang yang ada di perdagangan grosir
Ketiga cara tersebut adalah cara menghitung inflasi yang umum digunakan di Indonesia. Namun, pada umumnya Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi rumus inflasi yang sering digunakan.
Berikut rumus inflasi untuk mengetahui laju inflasi:
Laju inflasi = [(IHK periode saat ini – IHK periode sebelumnya) / (IHK periode sebelumnya)] x 100%
Kita ambil contoh, jika di tahun 2021 IHK mencapai 120,50, kemudian di tahun 2020 angka IHK mencapai 116,45. Maka berapa inflasi tahunannya?
= [(120,50 – 116,45) / (116,45)] x 100%
= 0,0347 x 100% = 3,5%
Jadi, angka inflasi tahunan mencapai 3,5%. Rumus inflasi di atas juga bisa dijadikan untuk mengukur inflasi bulanan.
Demikianlah penjelasan terkait apa itu inflasi, penyebab, jenis, hingga cara mengatasinya.
Apabila perusahaan Anda membutuhkan karyawan baru, maka Anda bisa menaruh informasi lokernya di KitaLulus. Saat ini, KitaLulus sudah beroperasi di Jabodetabek, Bandung, Makassar, Medan, Semarang, Surabaya, dan Gowa.
Daftarkan diri Anda untuk memasang iklan lowongan kerja di KitaLulus secara gratis. Dapatkan karyawan terbaik dan berpotensi untuk perusahaan Anda dengan #LebihMudah bersama KitaLulus mulai dari sekarang!