Pada dasarnya, setiap orang memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing. Ada yang demokratis, transformasional, visioner, delegatif, dan lain sebagainya. Salah satu gaya kepemimpinan yang dinilai menakutkan adalah kepemimpinan otoriter.
Kepemimpinan otoriter dikenal juga dengan diktator, autokrat, dan tirani. Seperti apa gaya kepemimpinan tersebut sebenarnya? Dalam artikel berikut ini, KitaLulus telah merangkum segala hal yang berkaitan dengan ciri-ciri, contoh, hingga kekurangan dan kelebihan kepemimpinan otoriter.
Apa Itu Kepemimpinan Otoriter?
Anda pasti kenal dengan tokoh-tokoh dunia seperti Queen Elizabeth 1, Adolf Hitler, dan Genghis Khan, bukan? Mereka merupakan beberapa tokoh yang punya gaya kepemimpinan otokratis.
Kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan di mana pemimpin menjadi pusat otoritas tertinggi atas semua keputusan. Dalam kepemimpinan ini, orang-orang yang secara struktural berada di bawah pemimpin tidak memiliki hak ataupun kesempatan untuk menyampaikan masukan, ide, dan opini.
Pemimpin yang otoriter percaya bahwa kesuksesan hanya berasal dari mereka. Seluruh subordinat harus menerima semua peraturan, keputusan, dan arah organisasi sesuai yang diinginkan oleh pemimpin tanpa boleh mempertanyakan apapun. Pemimpin memiliki kontrol penuh atas segala sesuatu.
Ciri-ciri Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otokrasi digunakan untuk melakukan pemusatan kendali dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Berikut ciri-ciri kepemimpinan otoriter yang perlu Anda ketahui:
- Subordinat tidak memiliki hak untuk memberi masukan maupun keputusan. Mereka tidak diberi kepercayaan untuk melakukan pekerjaan dan memberi keputusan yang penting.
- Pemimpin membuat instruksi kerja, tujuan, dan cara melakukan pekerjaan dengan sangat jelas.
- Hilangnya kreativitas karena tidak adanya hak memberi masukan.
- Memiliki peraturan yang terstruktur dan sangat ketat, serta pemberian sanksi jika ada yang kedapatan tidak patuh terhadap aturan yang telah dibuat.
- Terjadinya demotivasi pada bawahan karena tidak adanya kepercayaan dari atasan.
- Pemimpin berorientasi pada hasil.
Baca Juga: Apa Itu Visioner? Ini Ciri-Ciri dan 5 Tips Membangunnya
Contoh Kepemimpinan Otoriter
Mungkin dari ciri-ciri di atas, kepemimpinan otokrasi ini terdengar seperti negatif. Namun, sebenarnya di sini kompetensi pemimpin menjadi kunci utama. Oleh karena itu tak sembarang orang bisa memimpin organisasi dengan gaya otoriter.
Berikut beberapa contoh tokoh terkenal yang pernah menerapkan gaya kepemimpinan otokratis.
1. Bill Gates
Penemu Microsoft ini adalah salah satu orang yang pernah menjalankan kepemimpinan otokratis. Ia melakukannya di masa-masa awal berdirinya Microsoft agar perusahaan itu berjalan sesuai dengan yang ia rencanakan.
Dalam menjalankan Microsoft, Bill Gates juga menggunakan jenis kepemimpinan partisipatif. Ia memang dikenal memiliki kemampuan yang baik dalam mendelegasikan pekerjaan, namun ia juga percaya bahwa sangat penting bagi setiap karyawannya untuk menggunakan seluruh kemampuan yang mereka miliki.
Dengan perpaduan jenis kepemimpinan ini, Bill Gates berhasil membawa Microsoft menjadi perusahaan yang meraih kesuksesan besar.
2. Napoleon Bonaparte
Napoleon Bonaparte adalah seorang pemimpin yang terkenal dengan gaya kepemimpinan otoriter. Ia terbiasa untuk memberi perintah dan taktik perang kepada tentara dengan jumlah sangat besar tanpa menjelaskan alasan mengapa mereka harus melakukan hal tersebut. Ternyata, metode ini berhasil.
3. Abraham Lincoln
Pria dengan julukan “Honest Abe” ini juga salah satu contoh pemimpin dengan gaya kepemimpinan autokrat. Pada saat terjadinya perang saudara di Amerika, pria yang juga menjadi Presiden Amerika Serikat ke-16 ini sangat jarang memberi perintah dalam medan perang, namun ia membuat banyak keputusan sendiri.
Lincoln juga dikenal memiliki kemampuan yang baik untuk mendeteksi dan menghilangkan kebohongan yang terjadi di antara bawahannya dalam militer.
Pada akhirnya, gaya kepemimpinan Lincoln ini berhasil menghilangkan perbudakan di Amerika. Hal tersebut tentunya membawa efek perubahan yang besar pada negara tersebut.
Baca juga: Jenis Kepemimpinan Dalam Perusahaan. Anda Termasuk yang Mana?
Kelebihan Kepemimpinan Otoriter
Meskipun seringkali memiliki stigma negatif, tapi pada kenyataannya gaya kepemimpinan otoriter juga memiliki beberapa kelebihan. Berikut di antaranya.
1. Pengambilan Keputusan Cepat
Pada saat keputusan perlu diambil dengan cepat, meminta masukan dari anggota atau bawahan akan memakan banyak waktu. Di saat seperti ini, kepemimpinan otokrasi baik untuk diterapkan. Karena komando berpusat pada satu orang saja, keputusan pun bisa segera diambil dan masalah teratasi.
2. Mengurangi Tekanan
Gaya kepemimpinan otoriter dapat diaplikasikan pada kondisi di mana terjadi tekanan yang sangat kuat, misalnya saat terjadi konflik ataupun perang.
Jika terjadi kondisi tersebut, mungkin banyak orang yang membutuhkan pemimpin otoriter. Dengan memberi pemimpin kuasa untuk memikirkan taktik dan keputusan, pasukan bisa berfokus menggunakan seluruh kemampuannya tanpa diberi tekanan untuk memikirkan solusi dan keputusan.
Hal ini juga dapat terjadi di dunia kerja. Dengan kepemimpinan otokratis, karyawan bisa fokus melakukan pekerjaannya tanpa harus berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
3. Lebih Terstruktur dan Terukur
Dengan telah disusunnya struktur dan tujuan perusahaan yang rinci oleh pemimpin otoriter, bawahan memiliki target yang jelas untuk dicapai. Dengan demikian, organisasi menjadi lebih terstruktur.
Selain itu, pemimpin otoriter juga membuat instruksi kerja yang jelas dan rinci. Tiap bawahannya harus melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang diberikan. Hal itulah yang membuat tingkat keberhasilan organisasi menjadi lebih terukur.
Baca juga: 8 Perbedaan Leader dan Boss, yang Mana Karakter Anda?
Kekurangan Kepemimpinan Otoriter
Seperti yang kita tahu, karakteristik kepemimpinan otoriter yang memiliki rantai komando satu arah ini juga pasti memiliki kekurangan. Apa saja kekurangan tersebut?
1. Tingginya Turnover
Turnover karyawan adalah hal yang rentan terjadi di kepemimpinan otokratis. Saat semua keputusan hanya berasal dari pimpinan, karyawan tidak akan memiliki ruang untuk menyuarakan pendapat. Hal itu bisa membuat karyawan cenderung mencari kesempatan baru di mana ia mampu untuk mengaktualisasi diri.
2. Ketergantungan Pada Pemimpin
Kepemimpinan yang terstruktur akan membuat sebagian besar karyawan kesulitan menyesuaikan diri. Segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan, baik budaya maupun kinerja, hanya bergantung kepada pemimpin.
Hal ini tentu berisiko ketika pemimpin tidak memiliki kemampuan yang mumpuni. Jika ada keputusan yang salah dari pemimpin, maka tidak ada pihak yang bisa meminta pertanggungjawaban.
Di samping itu, ketergantungan pada satu orang akan memberi imbas buruk jika suatu saat pemimpin tersebut secara tiba-tiba tidak dapat memimpin lagi. Akan sulit menemukan pengganti karena seluruh subordinat hanya terbiasa menerima arahan.
3. Kesempatan Pemimpin untuk Bersikap Sewenang-wenang
Karena kekuasaan terpusat pada satu orang, pemimpin merasa bahwa dirinya adalah yang paling pintar dan paling bisa diandalkan. Karena keputusan pemimpin bersifat mutlak, anggota tidak punya kesempatan berpendapat.
Hal tersebut dapat membuka peluang bagi pemimpin untuk bersikap sewenang-wenang yang akan membawa efek negatif bagi organisasi.
Pada intinya, semua gaya kepemimpinan pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Kepemimpinan otokratis bisa dilakukan jika pemimpin memang memiliki kompetensi yang mumpuni dan mampu menghargai setiap rekan kerja termasuk bawahan-bawahannya.
Mencari karyawan yang kompeten memang menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Jika Anda sedang mencari karyawan yang kompeten, maka Anda dapat menemukannya dengan memasang lowongan kerja di KitaLulus.
Caranya mudah, Anda hanya perlu mengisi form dan iklan Anda akan ditayangkan dalam hitungan jam. Jadi, tunggu apalagi? Segera pasang iklan lowongan kerja Anda di KitaLulus dan temukan karyawan terbaik yang sesuai kriteria Anda!