Rasio solvabilitas adalah salah satu dari sekian rasio yang harus diketahui oleh perusahaan. Hal ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kondisi finansial sebuah perusahaan.
Di dunia bisnis, rasio solvabilitas adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kapasitas perusahaan dalam membayarkan hutangnya. Hal ini sebagai dasar penilaian bagi kreditur dalam meminjamkan modal.
Umumnya perhitungan rasio solvabilitas dilakukan pada 3, 4, 6, hingga 12 bulan secara berkala. Jika ternyata nantinya ada rasio yang tidak menguntungkan, artinya perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajiban hutangnya.
Simak penjelasan lengkapnya terkait pengertian rasio solvabilitas di bawah ini.
Pengertian Rasio Solvabilitas
Seperti telah dijelaskan di atas, rasio solvabilitas adalah sebuah alat ukur utama yang digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang jangka panjangnya.
Pelunasan hutang yang dihitung dalam rasio solvabilitas adalah dengan menggunakan jaminan modal atau aktiva seperti harta kekayaan yang dimiliki dalam waktu jangka panjang atau jangka pendek.
Rasio solvabilitas juga bisa digunakan untuk menunjukkan apakah perusahaan memiliki kas yang cukup guna memenuhi kewajiban jangka panjang dan ukuran kondisi finansialnya.
Hasil dari perhitungan rumus rasio solvabilitas bisa digunakan oleh kreditur untuk menilai apakah perusahaan mampu melunasi kewajiban hutangnya baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Singkatnya, rasio solvabilitas adalah alat ukur untuk menentukan apakah sebuah perusahaan mampu membayar hutangnya di masa depan atau tidak.
Baca juga Pengertian Rasio Likuiditas, Rumus, & Cara Menghitungnya
Tujuan Rasio Solvabilitas
Ada beberapa tujuan dari perhitungan rasio solvabilitas yang perlu Anda ketahui. Di antaranya adalah:
1. Merangkum Kondisi Finansial Perusahaan
Perhitungan rumus rasio solvabilitas adalah sebuah aktivitas yang sangat krusial bagi reputasi perusahaan di mata para kreditur. Agar bisa mendapatkan modal pinjaman, sebuah perusahaan harus memiliki angka rasio solvabilitas yang tinggi.
Pada umumnya, kreditur yang membutuhkan rangkuman kondisi finansial perusahaan dari perhitungan rasio solvabilitas adalah lembaga peminjam uang, perusahaan asuransi, hingga investor.
Jika perusahaan menunjukkan angka rasio solvabilitas rendah, maka kemungkinan besar perusahaan tersebut akan diragukan bahkan dimasukkan ke dalam blacklist.
2. Menilai Kemampuan Perusahaan Membayar Bunga
Bunga merupakan salah satu konsekuensi yang harus diterima jika melakukan transaksi secara kredit. Hal ini juga berlaku pada perusahaan dan krediturnya. Maka dari itu, perhitungan rasio solvabilitas juga bisa menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga.
Selain untuk menilai kemampuan perusahaan, rasio solvabilitas juga bisa digunakan untuk memproyeksikan kemampuan bisnis membayar bunga jangka panjang untuk beberapa tahun yang akan datang.
3. Memberikan Informasi Kesehatan Neraca
Hasil dari perhitungan rasio solvabilitas juga bisa digunakan untuk melihat kesehatan neraca. Apabila jumlah modal dan jumlah aktiva seimbang, artinya neraca perusahaan tersebut adalah neraca yang sehat.
Namun jika sebaliknya, maka neraca keuangan perusahaan tersebut tidak baik. Kesehatan sebuah neraca perusahaan bisa didapatkan melalui perhitungan rasio solvabilitas.
4. Menunjukkan Estimasi Total Pinjaman saat Jatuh Tempo
Satu lagi tujuan rasio solvabilitas adalah agar para kreditur mengetahui berapa total uang yang bisa didapatkan dari pembayaran kredit perusahaan.
Jika perusahaan Anda menjanjikan pengembalian pinjaman modal dengan bentuk bunga atau perkembangan dividen, maka estimasi total pembayaran dari perhitungan rasio solvabilitas sangat penting untuk para kreditur.
Baca juga: Pengertian Rasio Profitabilitas, 8 Jenis, Rumus, & Cara Menghitungnya
Jenis Rasio Solvabilitas dan Rumusnya
Rasio solvabilitas adalah alat ukur perbandingan dana perusahaan dengan dana yang didapatkan dari kreditur. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan bisa dibiayai oleh hutang.
Ada beberapa jenis rasio solvabilitas yang menjadi acuan tingkat keamanan dari para kreditur untuk perusahaan, di antaranya adalah:
1. Rasio Utang Terhadap Aktiva (Debt to Asset Ratio)
Salah satu jenis rasio solvabilitas adalah rasio utang terhadap aktiva. Jenis rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang.
Rasio solvabilitas utang terhadap aktiva adalah gambaran seberapa besar utang bisa ditutupi oleh aktiva atau harta kekayaan perusahaan. Jika angka rasio utang terhadap aktiva rendah, maka tingkat keamanan dana perusahaan akan semakin membaik.
Berikut rumus rasio solvabilitas utang terhadap aktiva:
Rasio utang terhadap aktiva (DAR) = Total hutang / Total aset
Contoh:
Perusahaan A memiliki total utang kepada kreditur sebesar Rp100 juta. Sementara aset yang dimiliki adalah Rp500 juta. Maka, rasio utang terhadap aktiva perusahaan A adalah:
DAR = Total hutang / Total aset
DAR = Rp100.000.000,00 / Rp500.000.000,00
DAR = 0,2
2. Rasio Utang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Jenis selanjutnya dari rasio solvabilitas adalah rasio utang terhadap ekuitas. Jenis rasio ini bisa Anda gunakan jika ingin mengetahui hubungan antara utang jangka panjang dengan jumlah modal perusahaan.
Tujuannya adalah mengetahui berapa jumlah dana yang disediakan kreditur dengan pemilik perusahaan. Jika angka rasio solvabilitas utang terhadap ekuitas tinggi, artinya modal perusahaan sangatlah kecil dibandingkan dengan utangnya.
Padahal seharusnya, perusahaan tidak boleh memiliki utang yang lebih besar dibandingkan modalnya. Dengan kata lain, jika angka dari perhitungan rasio solvabilitas jenis ini rendah, maka semakin kecil utang yang dimiliki sehingga semakin aman.
Rumus rasio solvabilitas utang terhadap ekuitas adalah:
Rasio utang terhadap ekuitas (DER) = Total hutang / Ekuitas x 100%
Contoh:
Perusahaan B memiliki total utang Rp150 juta. Sedangkan ekuitas perusahaan mencapai Rp400 juta. Maka rasio utang terhadap ekuitas perusahaan B adalah:
DER = Total hutang / Ekuitas x 100%
DER = Rp150.000.000,00 / Rp400.000.000,00 x 100%
DER = 37,5%
3. Times Interest-Earned Ratio
Jenis rasio solvabilitas yang terakhir yaitu times interest-earned ratio. Jenis rasio ini bisa digunakan untuk menilai kapasitas perusahaan dalam membayar kewajiban bunga di masa depan.
Perhitungan rumus rasio solvabilitas berikut menggunakan perbandingan laba sebelum pajak dan bunga dengan biaya bunga. Jika angka yang dihasilkan tinggi, artinya peluang perusahaan untuk melunasi kewajiban hutangnya semakin besar.
Jika angka yang dihasilkan rendah, maka kemungkinan besar perusahaan memiliki kondisi finansial terbatas untuk melunasi kewajiban hutangnya. Jenis rasio solvabilitas ini bisa dijadikan acuan pihak kreditur untuk memberikan utang atau pinjaman dana.
Rumus rasio solvabilitas times interest-earned ratio adalah:
Times interest-earned ratio = Laba sebelum pajak dan bunga / Biaya bunga x 100%
Contoh:
Misalkan perusahaan D mendapatkan laba sebelum pajak dan bunga sebesar Rp500 juta. Sedangkan biaya bunganya mencapai Rp25 juta. Maka times interest-earned ratio perusahaan D adalah:
Times interest-earned ratio = Laba sebelum pajak dan bunga / Biaya bunga x 100%
Times interest-earned ratio = Rp500.000.000,00 / Rp25.000.000,00 x 100%
Times interest-earned ratio = 20
Baca juga: Cashflow Adalah: Jenis, Cara Menghitung, Metode, Contoh
Cara Menghitung Rasio Solvabilitas Perusahaan
Sangat penting bagi sebuah perusahaan menggunakan rasio solvabilitas untuk menilai kondisi finansial perusahaan dalam melunasi kewajiban utang jangka panjangnya.
Jika angka yang dihasilkan dari perhitungan rumus rasio solvabilitas tinggi, artinya kondisi finansial perusahaan Anda stabil. Namun jika angka yang dihasilkan adalah sebaliknya maka menandakan bahwa kondisi finansial perusahaan Anda melemah.
Berikut rumus rasio solvabilitas perusahaan:
Rasio solvabilitas = (Pendapatan bersih + Depresiasi) / (Kewajiban jangka pendek + Kewajiban jangka panjang) x 100%
Perbedaan Solvabilitas, Likuiditas, dan Viabilitas
Perlu Anda ketahui, selain solvabilitas, ada pula istilah likuiditas dan viabilitas. Apa perbedaan antara ketiganya?
Nah, jika solvabilitas, seperti yang sudah kita bahas di atas, ini merupakan perbandingan jumlah hutang perusahaan dengan aktiva yang dimiliki sendiri. Sedangkan likuiditas adalah perbandingan total aset lancar dibanding aset tidak lancar. Terakhir, viabilitas diartikan sebagai rasio antara solvabilitas dan likuiditas.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki kondisi finansial sehat apabila tingkat likuiditasnya minimal setara dengan solvabilitas. Jika sebaliknya, berarti perusahaan tersebut membutuhkan restrukturisasi neraca atau strategi keuangan lain.
Itulah penjelasan lengkap tentang pengertian rasio solvabilitas, tujuan, jenis, rumus, serta cara menghitungnya. Kesulitan melakukan analisis rasio solvabilitas dan metriks-metriks akuntansi lainnya? Yuk, rekrut staff keuangan terbaik untuk perusahaan Anda di KitaLulus!