Pengertian ROA, Rumus, Fungsi, dan Cara Menghitungnya

Putri Prima
Lulusan Ilmu Komunikasi yang mendalami dunia content writing, khususnya di bidang karir dan bisnis.
rumus roa
Pengertian ROA, Rumus, Fungsi, dan Cara Menghitungnya

Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan akan memperhatikan beberapa metrik penting, salah satunya adalah Return on Asset (ROA). Metrik ini berguna untuk mengukur tingkat keberhasilan operasional.

Rumus ROA membantu perusahaan mengetahui berapa besar profit yang didapatkan dari aset yang telah digunakan. Dari sini nantinya akan terlihat apakah perusahaan sudah efektif dan efisien dalam menggunakan aset yang ada.

Mari baca artikel KitaLulus berikut ini untuk memahaminya lebih lanjut!

Apa Itu ROA?

ROA adalah singkatan dari Return On Asset, yang memperlihatkan rasio perbandingan laba bersih (return) yang didapatkan perusahaan dari modal yang telah dikeluarkan pada aset.

Rasio ini akan memberikan gambaran dari keseluruhan aktivitas perusahaan. Maka dari itu, rumus ROA biasanya akan menitik beratkan pada komponen nilai aset.

Aset atau aktiva yang ada dalam ROA merupakan harta perusahaan yang didapat baik dari modal pribadi atau pihak lain yang sudah diubah menjadi aktiva perusahaan yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan operasional.

Selain itu, return on asset juga digunakan sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui apakah manajemen telah mendapatkan hak sesuai aset yang dimiliki atau belum.

Pengertian ROA Menurut Para Ahli

Ada beberapa pengertian ROA yang disampaikan oleh para ahli, yakni sebagai berikut.

1. Horne & Wachowicz

Menurutnya, ROA merupakan suatu alat yang dapat membantu mengetahui efektivitas penggunaan aset untuk mendapatkan keuntungan melalui aktiva yang ada.

2. TAS Consulting

Definisi ROA berkaitan dengan aset dan modal. Jadi, dapat diartikan bahwa rumus ROA dapat membantu mengetahui informasi fundamental terkait keuangan dan pemasaran. Dari sini perusahaan bisa menggunakannya untuk menyusun strategi dengan perhitungan dan rasio yang ada.

3. Bambang Riyanto

Return on asset berkaitan dengan kemampuan dana perusahaan dalam nilai aktiva yang mendapatkan keuntungan bersih setelah dikurangi pajak.

Baca juga: Pengertian Rasio Profitabilitas, Jenis, Rumus, Cara Menghitungnya

Perbedaan ROA vs ROE

Saat mengukur kinerja bisnis, selain metrik ROA ada juga metrik penting lainnya yang menjadi perhatian, yaitu ROE atau Return On Equity.

Keduanya memiliki kesamaan yaitu mengukur profitabilitas perusahaan, memberikan gambaran sejauh mana aset yang dimiliki perusahaan mendatangkan profit.

Namun, ROA dan ROE tentu saja memiliki perbedaan, di mana ROA lebih kepada menilai aset perusahaan, sedangkan ROE berfokus pada ekuitas pemegang saham.

ROA akan memberikan informasi seberapa efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan aset. Sehingga metrik ini sangat bagus untuk perusahaan yang bergantung pada aset fisik, contohnya perusahaan manufaktur.

Bila ROA tinggi, maka artinya perusahaan menghasilkan laba yang baik dari aset.

Sementara ROE akan memberikan informasi mengenai pengembalian investasi yang didapatkan oleh pemegang saham. ROE yang tinggi artinya perusahaan efisien dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham.

Jika Anda bertanya mana yang paling penting antara ROA vs ROE, jawabannya adalah tergantung dari tujuan. Bagi seorang pemegang saham yang peduli dengan hasil dari nilai yang telah diinvestasikannya, maka ROE adalah metrik yang paling relevan.

Namun, bagi manajer yang perlu memastikan aset telah digunakan secara efisien, maka ROA akan lebih berguna.

Dalam dunia bisnis, perusahaan sering kali mempertimbangkan dua metrik ini guna mendapat gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja perusahaan.

Baca juga: Apa Itu ROI (Return on Investment)? Ini Pengertian, Rumus, & Cara Hitungnya

Fungsi ROA dalam Bisnis

Perhitungan return on asset memiliki fungsi penting bagi perusahaan, di antaranya sebagai berikut:

1. Mengukur Tingkat Efisiensi dan Efektivitas Modal yang Digunakan

ROA berfungsi untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas modal yang digunakan. Dengan begini, perusahaan dapat melihat dan menilai sudah sejauh mana modal yang digunakan mampu menghasilkan keuntungan.

2. Membandingkan Perusahaan dengan Kompetitor

Adanya perhitungan ROA juga akan membantu membandingkan dengan kompetitor. Dari sini perusahaan bisa melihat posisinya dengan kompetitor dalam hal efisiensi pemanfaatan modal. Ini akan membantu perusahaan menganalisis value proposition dan kelemahan perusahaan dalam rangka memaksimalkan modal.

3. Menilai Profitabilitas Produk

Fungsi ROA lainnya yaitu untuk mengukur tingkat profitabilitas dari bermacam-macam produk yang telah dibuat perusahaan. Caranya adalah dengan menggunakan metode product cost.

4. Mengetahui Intensif Aset yang Dimiliki Perusahaan

Terdapat beberapa industri yang membutuhkan aset lebih intensif untuk mencapai hasil pengembalian yang diharapkan.

Perusahaan yang tingkat pengembalian asetnya di bawah 5% dianggap padat aset, sedangkan di atas 20% perusahaan dianggap tanpa aset.

5. Dasar Penyusunan Strategi

Hasil ROA dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui apa saja hal yang perlu diperbaiki. Sehingga perusahaan bisa menyusun strategi yang lebih tepat. Pengambilan keputusan pun dapat dilakukan lebih terukur karena berbasis data.

Rumus ROA dan Contoh Perhitungannya

Rumus ROA dapat dijabarkan dengan membagi laba bersih perusahaan dan total aset, lalu mengalikannya dengan 100%.

ROA = (Laba Bersih/Total Aset) x 100%

Laba bersih didapatkan dari seluruh keuntungan operasional bisnis yang telah dikurangi beban usaha, kemudian ditambah beban non-operasional.

Total aset adalah nilai aset yang dimiliki perusahaan pada periode yang sama saat proses perhitungan ROA. Nilai aset dapat ditemukan dalam laporan neraca.

Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin tinggi pula keuntungan yang didapatkan perusahaan.

Untuk membantu Anda lebih memahami seperti apa penerapan rumusnya, mari perhatikan contoh perhitungan ROA berikut!

Contoh soal:

Perusahaan BZ telah melaporkan laba bersih yang didapatkannya yaitu sebesar Rp200.000.000 dan total aset sebesar Rp2.000.000.000.

Maka dengan rumus ROA, kita bisa menghitungnya sebagai berikut:

ROA= (Laba bersih / total aset) x 100%

ROA= (200.000.000 / 2.000.000.000) x 100%

ROA= 0,1 X 100% = 10%

Jadi ROA perusahaan BZ adalah 10% atau dapat diartikan bahwa perusahaan BZ mampu menghasilkan laba bersih sebesar 10% dari total aset yang dimiliki.

Kelebihan dan Kekurangan Analisis ROA

Perhitungan ROA bagi suatu perusahaan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti berikut ini:

Kelebihan Analisis ROA

  • Membantu dalam melakukan perbandingan rasio industri. Dari sini perusahaan bisa mengetahui posisi mereka di bidangnya serta membantu perencanaan strategis.
  • Mengukur efisiensi penggunaan modal secara keseluruhan.

Kekurangan Analisis ROA

  • Metrik ROA dalam mengukur efisiensi sangat bergantung pada metode depresiasi maupun penurunan aktiva tetap.
  • Distorsi yang dimiliki ROA cukup besar, apalagi bila terjadi inflasi. Ini yang membuat ROA sangat tinggi karena adanya penyesuaian dari kenaikan harga penjualan, sedangkan komponen biaya dinilai dari harga distorsi.

Baca juga: Payback Period: Rumus, Cara Hitung, Kelebihan dan Kekurangan

Faktor yang Mempengaruhi ROA

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi ROA, berikut beberapa di antaranya:

1. Perputaran Kas (Cash Turnover)

Perputaran kas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan kasnya dalam operasi bisnis sehari-hari.

Perputaran kas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola dan memanfaatkan kasnya dengan baik untuk operasi dan investasi, yang dapat meningkatkan laba bersih dan akhirnya ROA.

2. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Perputaran Piutang (Receivable Turnover) adalah salah satu rasio keuangan yang mengukur seberapa efektif sebuah perusahaan dalam mengumpulkan piutang dari pelanggan. Rasio ini menunjukkan seberapa sering piutang perusahaan berubah menjadi kas dalam satu periode tertentu.

Bila perputaran piutang tinggi, umumnya mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kebijakan kredit yang efektif dan efisien dalam menagih pembayaran dari pelanggan.

3. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Perputaran persediaan mengukur seberapa cepat perusahaan menjual dan mengganti persediaannya selama periode tertentu. Rasio ini menunjukkan efektivitas manajemen persediaan perusahaan.

Angka perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjual persediaannya dengan cepat, sehingga mengurangi biaya penyimpanan dan risiko penurunan nilai persediaan.

Nah, sekarang Anda sudah paham rumus dan cara menghitung ROA, hingga fungsinya bagi bisnis.

Dari sini Anda sudah bisa menyimpulkan bahwa operasional yang efektif akan membantu memaksimalkan laba bersih. Di sisi lain, operasional yang efektif juga tidak terlepas dari SDM yang unggul.

Untuk mendapatkan SDM yang unggul, Anda perlu proses rekrutmen yang tepat dan efisien. Solusinya, Anda bisa memanfaatkan layanan pasang loker gratis di KitaLulus. Dengan KitaLulus, Anda dapat menjangkau hingga lebih dari 7 juta kandidat berkualitas di seluruh pelosok Indonesia.

Selain itu, Anda juga bisa mengelola puluhan, ratusan, bahkan ribuan lamaran yang masuk hanya dengan 1 dashboard saja. Jadi lebih mudah, bukan?

Ayo segera pasang loker Anda di KitaLulus dan temukan talenta terbaik untuk perusahaan sekarang juga!

Bagikan Artikel Ini:
Bagikan Artikel Ini: Share Tweet
To top