Pada umumnya, seorang akuntan akan melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan informasi keuangan. Mengumpulkan data dan mengolahnya secara sistematik dalam kurun waktu tertentu disebut dengan siklus akuntansi.
Siklus akuntansi memiliki peranan penting dalam proses penyusunan laporan keuangan sebuah perusahaan. Meski peran yang dimiliki cukup penting, tidak sedikit perusahaan yang masih mengabaikan hal ini.
Padahal, pencatatan keuangan biasa belum tentu cukup untuk membuat dan mengambil keputusan bisnis yang bisa berguna untuk mengembangkan operasional usaha. Lalu apa yang dimaksud dengan siklus akuntansi? Bagaimana cara menerapkannya ke dalam laporan keuangan? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Pengertian Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi adalah bagian dari proses penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterima. Proses ini umumnya melewati beberapa tahapan tertentu agar kegiatan akuntansi dapat dilakukan.
Selain itu, siklus akuntansi juga merupakan sebuah proses berulang untuk melakukan identifikasi dan analisis pada setiap kegiatan akuntansi pada sebuah perusahaan dan dilakukan pada periode dalam kurun waktu setahun.
Proses berulang diawali dari pembukaan pembukuan dan akhir tahun dengan penutupan jurnal. Setiap proses ini dilakukan secara berulang selama perusahaan tersebut masih berjalan secara operasional.
Siklus akuntansi sendiri dibagi menjadi dua kategori yang tergantung pada pelaku usaha yang menerapkan siklus ini. Kategori yang pertama adalah siklus akuntansi jasa yang diterapkan oleh perusahaan yang bergerak dibidang jasa.
Lalu yang kedua adalah siklus akuntansi perusahaan dagang yang diterapkan oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan produk. Meskipun memiliki kategori yang berbeda, penerapan siklus akuntansi memiliki tahapan yang sama.
Baca juga: Rumus dan Cara Menghitung Laba Rugi Perusahaan serta Tipsnya
Tahapan Siklus Akuntansi
Pada umumnya, siklus akuntansi dimulai dari awal transaksi hingga pembuatan laporan keuangan perusahaan dalam kurun waktu satu tahun. Kemudian dilanjutkan dengan adanya saldo yang ditutup di jurnal penutup atau sampai pada jurnal pembalik.
Selain itu, ada alur tahapan yang perlu Anda ketahui dan pahami. Seperti yang diketahui, tujuan adanya siklus akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam membuat dan pengambilan keputusan.
Nah, tahapan-tahapan inilah yang dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Seperti melakukan pengolahan data secara sistematik selama periode berjalan atau satu tahun.
Ada beberapa tahapan siklus akuntansi yang harus diketahui. Berikut penjelasannya.
1. Identifikasi Transaksi
Tahapan pertama dalam siklus akuntansi adalah mengidentifikasikan transaksi. Seorang akuntan harus dapat mengidentifikasikan transaksi sehingga dapat dicatat dengan benar.
Transaksi yang dicatat berupa transaksi yang bisa mengakibatkan perubahan posisi keuangan perusahaan dan dapat dinilai ke dalam unit moneter secara objektif. Selain itu, harus ada bukti transaksinya.
Dalam membuat siklus akuntansi, bukti transaksi bisa berupa kwitansi, nota, faktur, bukti kas keluar, memo penghapusan piutang, dan bukti lainnya. Semua bukti yang dikumpulkan harus sah dan dapat diverifikasi.
2. Analisis Transaksi
Tugas seorang akuntan selanjutnya adalah menganalisis transaksi. Dalam pembuatan siklus transaksi, akuntan harus bisa menentukan pengaruh transaksi tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan.
Pada umumnya, perusahaan menggunakan double-entry system untuk pencatatan transaksi. Artinya, setiap transaksi akuntansi yang terjadi akan memberikan pengaruh pada posisi keuangan baik itu di debet dan/atau kredit dan harus dalam jumlah yang sama besarnya.
Untuk memudahkan dalam penghitungan, Anda bisa menggunakan rumus:
Aset = Kewajiban + Ekuitas
Aktiva merupakan kepemilikan aset, kewajiban merupakan pembelian atau pengadaan barang dan/atau jasa secara kredit, dan ekuitas adalah hak pemilik terhadap aset perusahaan setelah dikurangi kewajiban.
3. Pencatatan Transaksi pada Jurnal
Setelah sudah diidentifikasi dan dianalisis, tahapan siklus akuntansi berikutnya adalah pencatatan transaksi pada jurnal. Jurnal merupakan bagian dari catatan kronologis terkait transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu periode siklus akuntansi.
Terdapat dua jenis jurnal, yaitu jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal umumnya biasanya dikenal dengan sebutan jurnal saja. Proses pencatatannya adalah dengan memasukkan transaksi ke dalam satu rekening yang didebit dan satu rekening yang dikredit.
Sedangkan jurnal khusus dibuat untuk meningkatkan efisiensi pencatatan terhadap transaksi yang berulang. Seperti jurnal penjualan, jurnal pembelian, jurnal penerimaan kas, dan jurnal-jurnal lainnya.
4. Mencatat di Buku Besar
Tahapan selanjutnya adalah mencatat di buku besar akuntansi. Buku besar akuntansi merupakan kumpulan dari rekening-rekening pembukuan yang masing-masing digunakan untuk mencatat informasi tentang aktiva perusahan.
Masing-masing rekening di dalam buku besar tersebut biasanya akan diberi kode. Tujuannya adalah untuk mempermudah proses identifikasi dalam jurnal. Selain itu, hal ini juga mempermudah seorang akuntan dalam melakukan pengecekan ulang atau melihat referensi transaksi yang terjadi.
5. Penyusunan Neraca Saldo
Neraca saldo merupakan daftar saldo rekening yang ada di buku besar akuntansi pada periode tertentu. Untuk membuat neraca saldo, Anda hanya perlu memindahkan saldo di buku besar ke dalam neraca saldo untuk digabungkan.
Saldo yang tertera pada neraca saldo haruslah berjumlah sama. Jika tidak sama, maka dapat diartikan neraca saldo tidak seimbang atau masih ada kesalahan dalam melakukan penghitungan.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang akurat di siklus akuntansi, seorang akuntan perlu mencari tahu dimana letak kesalahan tersebut dan merevisinya. Seorang akuntan juga wajib mencatat kesalahan tersebut pada jurnal penyesuaian.
Baca juga: Apa Itu Neraca Saldo? Penjelasan Lengkap dan Contohnya
6. Penyusunan Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang berisikan catatan mengenai sejumlah transaksi akuntansi yang belum dicatat, transaksi yang salah, atau transaksi yang perlu disesuaikan.
Dalam pembuatan siklus akuntansi, penyusunan jurnal penyesuaian dilakukan secara periodik dan biasanya dilakukan pada saat laporan akan disusun. Cara mencatatnya pun sama dengan jurnal transaksi pada umumnya.
Transaksi yang dicatat pada jurnal penyesuaian akan dibukukan bersama buku besarnya. Setelah itu, semua saldo yang ada siap untuk disajikan dalam laporan keuangan.
7. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Tahapan selanjutnya dalam siklus akuntansi adalah menyusun neraca saldo setelah dilakukan penyesuaian. Anda hanya perlu memindahkan saldo yang sudah disesuaikan pada buku besar ke dalam neraca saldo yang baru.
Semua saldo dibagi menjadi ke dalam kelompok aktiva dan pasiva yang sesuai dengan statusnya. Sehingga nantinya akan disusun sampai jumlah saldo di keduanya sama besar. Inilah hal yang perlu Anda perhatikan dalam menyusun neraca saldo.
Bila masih tidak seimbang dan masih terjadi kesalahan, seorang akuntan harus mencari tahu dengan teliti. Sebab jika tidak, maka laporan keuangan tidak bisa dibuat untuk mendapatkan hasil dari siklus akuntansi.
8. Penyusunan Laporan Keuangan
Berikutnya yaitu penyusunan laporan keuangan. Jika semua saldo pada neraca saldo sudah seimbang, maka Anda tinggal membuat dan menyusun laporan keuangan.
Laporan keuangan yang harus disusun meliputi:
- Neraca: sebagai gambaran untuk memprediksi likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas
- Laporan laba rugi: sebagai gambaran kinerja perusahaan
- Laporan perubahan modal: sebagai gambaran perubahan modal yang sudah terjadi
- Laporan arus kas: sebagai informasi relevan mengenai kas keluar dan kas masuk pada periode yang berjalan
- Catatan atas laporan keuangan
9. Penyusunan Jurnal Penutup
Setelah selesai membuat laporan keuangan, Anda bisa menyusun jurnal penutup. Seorang akuntan harus membuat jurnal penutup yang dibuat pada akhir periode akuntansi.
Rekening yang ditutup pun hanya rekening laba rugi. Caranya adalah dengan membuat nihil atau mengosongkan nilai rekening terkait. Rekening ini harus ditutup karena digunakan untuk mengukur aliran sumber keuangan yang terjadi pada periode berjalan.
Lalu pada periode selanjutnya, jurnal penutup bisa membantu untuk memulai kembali proses siklus akuntansi berikutnya.
Baca juga: Pengertian Jurnal Penutup, Fungsi, Cara Membuat & Contohnya
10. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Tahapan ini merupakan tahap opsional pada siklus akuntansi. Nantinya seorang akuntan akan menyusun neraca saldo setelah jurnal penutupan disusun. Neraca saldo ini berisi daftar saldo rekening buku besar yang dibuat setelah jurnal penutup.
Hal ini membuat neraca saldo hanya berisikan saldo rekening yang permanen saja. Tujuan adanya penyusunan neraca saldo setelah penutupan adalah untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan mengenai keseimbangan saldo.
11. Penyusunan Jurnal Pembalik
Satu lagi tahapan opsional pada siklus akuntansi yaitu penyusunan jurnal pembalik. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan cara pencatatan beberapa transaksi tertentu yang terjadi secara berulang pada periode berikutnya.
Biasanya jurnal pembalik dibuat pada awal periode akuntansi berikutnya. Caranya adalah dengan membuat jurnal pembalik dari jurnal penyesuaian yang sudah dibuat. Artinya membalikan akun yang sudah dibuat pada awalnya debit menjadi kredit, berubah ke kredit menjadi debit.
Itulah penjelasan terkait tahapan siklus akuntansi secara lengkap. Perlu diingat, siklus akuntansi merupakan bagian penting dalam membuat laporan keuangan dan pengambilan keputusan suatu perusahaan.
Jika perusahaan Anda membutuhkan seorang akuntan yang cekatan dan teliti dengan angka, Anda bisa pasang iklan lowongan kerja di KitaLulus. Dapatkan seorang akuntan terbaik untuk membantu pembuatan l di perusahaan Anda bersama KitaLulus, mulai dari sekarang!