Jangan Asal, Ini 8 Etika Memecat Karyawan yang Benar

Lutfi Maulida
Profesional konten strategis dengan 4+ tahun pengalaman dalam analisis pasar tenaga kerja. Dengan keahlian menghasilkan konten informatif untuk rekruter, HR, dan pencari kerja, ia menggabungkan wawasan industri lintas sektor dengan pendekatan analitis yang komprehensif.
etika memecat karyawan
Jangan Asal, Ini 8 Etika Memecat Karyawan yang Benar

Proses memecat karyawan merupakan salah satu tanggung jawab paling menantang yang dihadapi oleh manajer dan profesional HR. Meskipun kadang tidak terhindarkan, pemutusan hubungan kerja yang dilakukan tanpa memperhatikan aspek etika dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan—tidak hanya bagi karyawan yang diberhentikan, tetapi juga bagi perusahaan secara keseluruhan, termasuk reputasi organisasi, moral karyawan yang tersisa, dan bahkan potensi konsekuensi hukum.

Sebuah survei dari Society for Human Resource Management (SHRM) menunjukkan bahwa perusahaan dengan proses pemecatan yang buruk dapat mengalami penurunan moral dan produktivitas hingga 50%.

Artikel ini akan memberikan Anda panduan etika memecat karyawan yang benar dan profesional.

Alasan Memecat Karyawan

Memecat karyawan tidak bisa dilakukan seenaknya, perusahaan tetap harus memerhatikan ketentuan PHK yang diatur oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003.

Berikut beberapa hal yang dapat dijadikan alasan pemecatan karyawan.

1. Karyawan Melakukan Kesalahan Berat

Perusahaan bisa memecat karyawan ketika karyawan tersebut melakukan kesalahan berat. Hal ini sesuai dengan Pasal 158 Ayat 1, yang termasuk kesalahan berat antara lain:

  • Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan baik itu barang atau uang milik perusahaan.
  • Memberikan keterangan palsu yang merugikan perusahaan.
  • Mabuk, minum minuman keras, memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif di lingkungan kerja.
  • Melakukan tindak asusila atau perjudian di lingkungan kerja.
  • Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi rekan kerja atau pengusaha di lingkungan kerja.
  • Dengan sengaja atau ceroboh membiarkan rekan kerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja.
  • Membocorkan rahasia perusahaan yang dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara.
  • Melakukan kejahatan berat dengan ancaman pidana penjara 5 tahun atau lebih.

2. Ditahan Pihak Berwajib

Perusahaan bisa memecat karyawan bila karyawan ditahan oleh pihak berwajib atas kasus yang menyandungnya.

Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan, perusahaan wajib membayar uang penghargaan masa kerja 1 kali ditambah uang pengganti hak.

Tapi bila nantinya setelah 6 bulan karyawan dinyatakan tidak bersalah, maka perusahaan diwajibkan mempekerjakan karyawan kembali.

3. Karyawan Melanggar Aturan Perusahaan

Pemecatan juga dapat dilakukan karena pelanggaran aturan perusahaan yang dilakukan oleh karyawan.

Setiap perusahaan tentu punya aturan tersendiri yang menjadi penuntun dan wajib ditaati. Bila dilanggar, akan ada sanksi yang diberikan, mulai dari pemotongan gaji, demosi, sampai dengan pemecatan.

Biasanya, untuk proses pemecatan ini akan didahului oleh surat teguran, bila setelah surat teguran karyawan masih juga melanggar dan tidak ada perbaikan diri, maka perusahaan berhak memecat karyawan tersebut.

Baca Juga: Contoh Surat Peringatan Karyawan (SP 1, 2, 3) dan Aturannya

4. Perubahan Status dan Efisiensi Perusahaan

Perubahan status, merger, dan perubahan kepemilikan juga bisa menjadi salah satu alasan perusahaan melakukan PHK.

Biasanya, ini dilakukan sebagai langkah efisiensi perusahaan atau ada beberapa posisi yang memang tidak dibutuhkan lagi.

Bila memang perusahaan melakukan efisiensi dalam rangka kemajuan perusahaan, maka hal tersebut bisa menjadi alasan pemecatan namun perusahaan perlu membayar kompensasi kepada karyawan.

5. Perusahaan Mengalami Kebangkrutan

Alasan PHK karyawan selanjutnya bisa karena perusahaan tutup atau bangkrut setelah mengalami kerugian terus menerus selama 2 tahun, dibuktikan dengan laporan atau audit akuntan publik.

Selain itu, bila ada keadaan memaksa (force majeure), seperti bencana atau hal buruk yang tidak bisa dihindari, perusahaan juga dapat melakukan PHK.

Untuk alasan tersebut, baik itu kerugian atau force majeure, perusahaan wajib memberikan 1 kali uang pesangon, 1 kali upah, dan uang pengganti kepada karyawan.

6. Karyawan Mangkir

Apabila karyawan mangkir kerja selama 5 hari berturut-turut tanpa adanya keterangan tertulis yang jelas, tidak ada bukti sah, setelah diberikan teguran lisan atau tulisan sebanyak 2 kali, maka perusahaan berhak memberhentikan karyawan.

Dalam hal ini, perusahaan bisa menganggap bahwa karyawan tersebut melakukan pengunduran diri.

Baca Juga: Cara Menyikapi Kandidat yang Tidak Sopan Saat Cari Kerja

Etika Memecat Karyawan

Etika Memecat Karyawan

Memecat karyawan menjadi tugas HR yang tidak mudah, penuh tekanan, bahkan kadang bikin stres. Bagaimana tidak, hal ini menyangkut hajat karyawan dan lingkungan sekitarnya. Namun, HR tetap harus profesional dan melakukan tugasnya dengan baik.

Saat memberhentikan karyawan, HR harus tetap memerhatikan etika. Hal ini penting agar karyawan bisa menerima keputusan tersebut dengan lapang dada dan tidak membuatnya sakit hati.

Berikut ini beberapa etika memecat karyawan yang perlu HR perhatikan.

1. Berikan Peringatan

Berikan surat peringatan kepada karyawan terlebih dulu sebelum memecatnya. Memecat karyawan secara tiba-tiba tanpa ada peringatan sangatlah tidak etis dan akan membuat karyawan bertanya-tanya bahkan marah.

Namun, berbeda bila karyawan melakukan kesalahan fatal yang tidak bisa ditolerir yang akan lebih baik bila diberhentikan secepatnya.

Memberikan surat peringatan kepada karyawan akan punya efek positif. Ini menandakan perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan tersebut untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.

Sebagai HR, Anda juga bisa membuka konsultasi dengan karyawan untuk mendiskusikan apa yang jadi masalah mereka di tempat kerja.  Berikanlah bantuan apapun yang dapat mendorong karyawan untuk berkinerja lebih baik.

Tidak lupa, pantau perkembangannya, Anda bisa minta pendapat dari rekan kerja atau anggota tim mengenai perkembangan karyawan tersebut.

Intinya sebelum memecat karyawan, ada baiknya berikan mereka peringatan dan kesempatan untuk memperbaiki diri. HR dapat memastikan bahwa penghentian adalah keputusan yang adil dan bahwa prosedur dan protokol telah diikuti.

2. Lakukan Secara Langsung

Etika memecat karyawan berikutnya adalah lakukan secara langsung. Hindari memberhentikan karyawan melalui email, WhatsApp, atau telepon.

Pemberhentian karyawan yang baik adalah dilakukan secara tatap muka dengan penyampaian formal dan memberikan surat pemberhentian kerja. Tunjukkan kesopanan dan simpati kepada karyawan tersebut.

Melakukan pemecatan secara tatap muka akan membuat mereka merasa lebih dihargai sebagai manusia dan atas segala kontribusinya kepada perusahaan.

Baca juga: 10 Contoh Surat PHK Karyawan dan Etika Mengeluarkannya

3. Tetap Rahasia

Penting bagi HR untuk membuat rencana PHK karyawan tetap menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh manajerial dan HR.

Jangan biarkan informasi ini terdengar dan menyebar kepada karyawan lainnya. Hal tersebut bisa membuat lingkungan kerja menjadi tidak kondusif serta membuat karyawan yang bersangkutan sakit hati.

Etika memecat karyawan yang baik adalah mempertimbangkan dampak psikologis karyawan tersebut setelah mendengar dirinya dipecat. Maka, buatlah proses pemecatan ini tetap rahasia dan sesuai etikanya.

4. Tidak Bertele-tele dan Ringkas

Ada baiknya saat proses pemberhentian Anda sudah tahu apa yang ingin Anda katakan dan bagaimana menyampaikannya tanpa menyakiti hari karyawan. Maka dari itu, cobalah mempersiapkan kata yang tidak bertele-tele dan ringkas.

Pilih kata-kata sederhana dan sampaikan alasan keputusan pemecatan ini dengan kata yang lugas.

Hindari menyudutkan dan menyalahkan karyawan, karena hal ini berpotensi untuk membuka ruang perdebatan ketika karyawan tersebut tidak menerima alasan dirinya di-PHK.

Sebagai contoh, Anda bisa menggunakan kalimat:

“Kami atas nama perusahaan mohon maaf yang sebesar-besarnya, kami terpaksa tidak dapat mempekerjakan Anda lagi di sini”.

Atau bisa juga:

“Setelah kami amati dan diskusikan dengan pihak manajerial, kami melihat bahwa kinerja Anda belum seperti apa yang kami harapkan, sehingga dengan berat hati kami memutuskan bulan ini adalah bulan terakhir Anda bekerja”.

5. Jangan Lakukan Itu Seorang Diri

Mem-PHK karyawan adalah situasi yang emosional dan sensitif, Anda tidak pernah tahu bagaimana reaksi karyawan yang dipecat setelahnya.

Akan sangat bijak bila Anda tidak melakukannya seorang diri, cobalah ajak pihak manajerial atau HR representative selama proses tersebut.

6. Pastikan Karyawan Tidak Membawa Aset Perusahaan

Setelah memecat karyawan, pastikan mereka mengembalikan segala aset yang diberikan perusahaan, mulai dari laptop, kartu akses kantor, hp, dan aset lainnya. Tak lupa cek juga bagaimana kondisinya.

7. Tetap Perlakukan Karyawan dengan Baik

Etika memecat karyawan yang penting untuk diperhatikan lainnya adalah tetap memperlakukan mereka dengan baik. Situasi setelah mendengar bahwa mereka dipecat pastinya membuat syok dan stres.

Ini karena berkaitan dengan masa depan karyawan, maka sebisa mungkin tetap perlakukan karyawan dengan baik sekalipun alasan pemecatan tersebut adalah karena perilaku mereka yang buruk.

Hindari untuk terpancing emosi atau kehilangan kesabaran saat karyawan tidak terima dengan keputusan pemberhentiannya.

8. Berikan Hak Karyawan Sesuai Aturan

Ketika perusahaan memutuskan untuk memecat karyawan, penting sekali bagi Anda memberikan hak mereka. Terlebih karyawan yang dipecat belum memiliki rencana untuk melanjutkan bekerja di tempat lain.

Perusahaan wajib memberikan hak kompensasi berupa pesangon sesuai peraturan dan hak-hak lainnya sebelum hari terakhir mereka bekerja.

Baca juga: Cara Hitung Pesangon PHK Menurut UU Cipta Kerja

Kesimpulan

Memecat karyawan memang tidak pernah mudah, namun hal ini memang mau tidak mau harus dilakukan demi keberlangsungan bisnis perusahaan.

Setelah melakukan PHK, organisasi seringkali perlu merekrut talenta baru. Pelajari cara merekrut karyawan secara efektif untuk mengisi kekosongan posisi dengan kandidat berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

How does dismissing employees with poor performance impact team morale and productivity? diakses 11 April 2025, https://psico-smart.com/en/blogs/blog-how-does-dismissing-employees-with-poor-performance-impact-team-morale-and-productivity-126235

Bagikan Artikel Ini:
Bagikan Artikel Ini: Share Tweet
To top