Layaknya divisi lain yang ada di perusahaan, tim HRD juga memiliki indikator keberhasilan atau KPI tersendiri. KPI HRD biasanya digunakan untuk memantau performa karyawan dan tim HR secara keseluruhan.
Lalu apa saja contoh KPI tersebut? Selengkapnya bisa Anda simak dalam artikel KitaLulus berikut.
Apa Itu KPI HRD?
Key performance indicator atau KPI HRD adalah metrik yang digunakan untuk mengukur kinerja departemen HR dalam sebuah organisasi. Metrik ini akan menilai proses, program, dan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM.
Dari metrik tersebut akan diketahui seberapa sukses tim HR dalam merealisasikan strateginya di perusahaan.
Karakteristik KPI HRD yang Baik
KPI HR metrik harus mencerminkan tujuan yang hendak dicapai baik di tingkat departemen maupun perusahaan. Eckerson di dalam makalahnya menjelaskan terdapat beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan apabila ingin membuat KPI yang baik, seperti:
- Tidak terlalu banyak: Ada baiknya hanya berfokus pada beberapa KPI saja. Fokuslah pada indikator-indikator penting.
- Dapat ditelusuri: KPI harus dapat ditelusuri secara detail, misal mengapa tidak mencapai target. Dengan begini kita bisa memprediksi keadaan di masa depan dan melihat di mana kekurangannya.
- Sederhana: KPI harus bisa dipahami.
- Berkorelasi: KPI harus terkait dengan hasil yang diinginkan.
Sementara itu, menurut Hursman, KPI yang baik bisa disusun dengan metode SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Time-Bound).
Dengan mengetahui kriteria yang tepat dalam menyusun KPI, Anda dapat membuat indikator kinerja HRD yang relevan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Baca Juga: 7 Strategi Menerapkan Mass Hiring yang Efektif untuk HR
Contoh KPI HR
Berikut adalah contoh KPI HR yang bisa Anda gunakan untuk menilai dan menelusuri kinerja tim HRD.
1. Turnover Rate
Turnover rate adalah persentase karyawan yang meninggalkan perusahaan dalam periode waktu tertentu.
Ketika sebuah perusahaan memiliki tingkat employee turnover yang tinggi, bisa jadi ini menandakan ada yang salah dengan budaya perusahaan yang membuat karyawan merasa kurang puas.
Untuk mengatasinya, HR dapat membuat berbagai penyesuaian misalnya berkaitan dengan kompensasi, lingkungan kerja, atau peningkatan skill karyawan.
Angka turnover rate sendiri bervariasi sesuai dengan masing-masing industri, namun secara umum angka yang baik adalah di bawah 10%.
Untuk mengukur turnover rate, Anda bisa menggunakan rumus berikut:
Turnover rate = (Jumlah Karyawan yang Keluar / Rata-rata Jumlah Karyawan) x 100%
2. Retention Rate
KPI HR berikutnya sangat berkaitan dengan turnover rate, yaitu retention rate. Ini mengacu pada jumlah karyawan yang dapat dipertahankan perusahaan.
Metrik ini sangat penting untuk membantu perusahaan memahami tingkat stabilitas tenaga kerja dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan untuk mengurangi turnover.
Selain itu, retention rate juga berguna dalam manpower planning, rekrutmen, dan strategi bisnis secara keseluruhan.
Tingkat retensi dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:
Retention Rate = (Jumlah Karyawan yang Tetap / Jumlah Karyawan pada Awal Periode) x 100%
3. Dismissal Rate
Dismissal rate adalah metrik dalam KPI HR yang mengukur tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu. Pemutusan ini biasanya disebabkan oleh berbagai faktor seperti kontrak kerja, resign, dan pensiun.
Apabila terjadi PHK secara paksa oleh perusahaan, misal karena kinerja yang buruk, pelanggaran kebijakan perusahaan, atau restrukturisasi organisasi, tim HR harus menginvestigasi bagaimana kondisi perusahaan maupun karyawan.
Apakah proses rekrutmen perlu diperbaiki untuk memastikan kandidat yang direkrut tepat, dan lain sebagainya.
Berikut adalah cara menghitung dismissal rate:
Dismissal Rate = (Jumlah Karyawan yang Dipecat / Jumlah Karyawan Rata-rata) × 100%
Baca Juga: Human Resource Planning: Pengertian, Manfaat, dan Tahapannya
4. Tingkat Kehadiran Karyawan
Indikator ini digunakan HR untuk mengukur seberapa sering karyawan masuk kerja atau sebaliknya.
Dari sini HR bisa mengetahui tingkat engagement karyawan terhadap perusahaan. Selain itu, indikator ini juga memberikan informasi seberapa tinggi tingkat motivasi karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Contohnya, seorang karyawan cenderung mengambil cuti ketika mereka sedang mengalami demotivasi. Alhasil semakin banyak cuti yang diambil, semakin tinggi pula tingkat absensinya.
Jika tingkat absensi tinggi, HR perlu segera mencari cara untuk mengatasinya. Misal dengan menerapkan sistem kerja WFH atau menciptakan lingkungan kerja yang positif agar karyawan termotivasi bekerja.
Rumus menghitung tingkat absensi:
Tingkat Absensi = (Jumlah Hari Tidak Hadir / Jumlah Total Hari Kerja) x 100%
5. Cost Per Hire
Cost per hire menjadi salah satu KPI HR rekrutmen yang biasa diterapkan perusahaan. KPI ini mengukur berapa biaya rata-rata yang dikeluarkan perusahaan untuk merekrut karyawan baru. Faktor yang dihitung mencakup:
- Biaya pemasangan iklan lowongan kerja
- Biaya proses seleksi
- Biaya sourcing kandidat
- Biaya onboarding
- Biaya administratif
Memantau metrik ini penting karena akan membantu perusahaan mengevaluasi efisiensi dan efektivitas proses rekrutmen.
Bicara tentang efektivitas proses rekrutmen, perusahaan bisa memanfaatkan alat dan software perekrutan untuk mengotomatisasi hal-hal yang sifatnya operasional.
Salah satu software rekrutmen yang bisa diandalkan adalah Premium Rekrutmen KitaLulus. Dengan menggunakan KitaLulus, HR bisa memanfaatkan teknologi AI untuk mempersingkat waktu screening kandidat hingga 92% lebih cepat dari cara biasa.
Tersedia juga HR dashboard canggih yang memudahkan HR mengetahui sejauh apa proses rekrutmen yang sedang berjalan dan informasi kandidat lainnya.
Hasilnya, proses rekrutmen bisa lebih hemat biaya, tenaga, dan waktu. Kandidat terbaik pun bisa didapatkan dengan cepat.
6. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
KPI ini dapat mengukur seberapa sukses program pengembangan dan pelatihan karyawan yang dilakukan perusahaan. Dari sini juga akan terlihat apakah program tersebut tepat sasaran atau tidak.
HR bisa mengetahui apakah biaya yang diinvestasikan untuk pelatihan sebanding dengan peningkatan skill dan kompetensi karyawan setelah mengikuti training.
Untuk mengetahuinya, Anda bisa memberikan tes dan mengevaluasi skor karyawan, lalu membandingkannya dengan biaya pelatihan yang dikeluarkan.
Baca Juga: 7 Contoh Pelatihan dan Pengembangan SDM + Manfaat Bagi Perusahaan
7. Kepuasan Karyawan
Memastikan karyawan merasa puas bekerja di perusahaan menjadi tugas penting HR. Semakin tinggi tingkat kepuasan karyawan maka semakin tinggi juga loyalitas mereka.
Hal ini tentu akan berpengaruh pada tingkat produktivitas dan retensi karyawan.
Kepuasan karyawan tidak selalu soal gaji, tapi bisa juga work-life balance, opsi kerja yang fleksibel, serta tunjangan non-uang.
Lantas, bagaimana cara HR tahu tingkat kepuasan karyawan? HR bisa mengetahuinya dengan mengadakan survei. Ini dapat dilakukan secara teratur guna memastikan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan karyawan dan mengatasi masalah yang ada.
8. Net Promoter Score
Berapa banyak karyawan yang akan merekomendasikan perusahaan Anda pada orang lain sebagai tempat kerja yang ideal juga dapat menjadi KPI penting untuk tim HR.
Pasalnya, dengan informasi ini HR bisa mengetahui apa saja hal yang kurang dan perlu diperbaiki agar meningkatkan kepuasan karyawan.
9. Waktu Lembur
Metrik ini akan mencari tahu seberapa sering karyawan melakukan lembur dan berapa upah lembur yang dikeluarkan perusahaan.
Hal tersebut berkaitan dengan KPI absensi, karena biasanya karyawan yang sering overtime cenderung lebih sering mengajukan cuti atau izin untuk beristirahat.
Bila HR mendapati waktu lembur karyawan mengalami peningkatkan, HR bisa mencari tahu sumbernya seperti:
- Workload karyawan yang berlebihan
- Kekurangan karyawan untuk mengerjakan tugas tersebut
- Proses kerja kurang efisien
Baca Juga: 8 Jenis Laporan HRD, Fungsi, Cara Membuat, dan Contohnya
10. Produktivitas Karyawan
KPI ini digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan karyawan dalam menyelesaikan tugas dan goals tertentu yang telah ditetapkan.
Dari KPI ini, HR akan menganalisis seberapa banyak pekerjaan yang berhasil dikerjakan karyawan dan seberapa baik mereka melakukan tugas-tugas tersebut.
Untuk memahami produktivitas karyawan, HR harus mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi. Mulai dari waktu yang dihabiskan karyawan untuk bekerja, kinerja, kuantitas, dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan.
Nantinya, data dari produktivitas karyawan bisa menjadi dasar kebijakan perusahaan di masa mendatang.
Nah, itulah beberapa contoh KPI HR yang bisa diterapkan di perusahaan Anda. Intinya, buatlah KPI yang spesifik dan terukur.
Semoga artikel ini membantu Anda dalam menyusun KPI HR perusahaan yang efektif.