Salah satu penyebab produktivitas perusahaan menurun bisa jadi karena ada karyawan yang suka membuat ulah serta memengaruhi karyawan lainnya. Hal ini sering terjadi saat perusahaan ternyata merekrut toxic employee.
Kehadiran karyawan toxic akan membuat suasana kerja menjadi tidak kondusif dan memecah tim yang tadinya solid menjadi berkubu-kubu.
Sebagai HR, tentu sudah menjadi tugas Anda untuk menangani hal ini Salah satu langkah awalnya adalah dengan mengenali ciri-ciri toxic employee dan cara mencegahnya. Simak penjelasannya berikut.
Apa Itu Toxic Employee?
Toxic employee adalah istilah untuk karyawan yang tindakan dan perkataannya berpengaruh negatif bagi rekan kerja dan perusahaan. Mereka sering menyebabkan masalah internal dalam perusahaan.
Tipe karyawan toxic di antaranya sering mengeluh, bergosip, dan menyalahkan orang lain atas kesalahan dirinya. Bahkan tidak jarang mereka mengadu domba rekan kerjanya sendiri hanya karena tidak suka.
Kehadirannya dalam perusahaan bisa menyebabkan suasana tim terasa stres dan frustasi. Akibatnya karyawan merasa demotivasi dan kerja sama tim tidak berjalan lancar.
Toxic employee memang menjadi biang onar yang membuat staf merasa tidak nyaman dan memerosotkan moral mereka. Bahkan yang terparah, karyawan seperti ini bisa menghancurkan reputasi perusahaan dengan kelakukan mereka.
Baca Juga: Cara Menyikapi Kandidat yang Tidak Sopan Saat Cari Kerja
Ciri-ciri Toxic Employee
Pasti sangat menjengkelkan jika ternyata dalam perusahaan atau tim Anda ada rekan kerja yang toxic.
Nah, karena itu sangat penting bagi Anda terutama HR yang punya tugas merekrut karyawan baru untuk mengetahui ciri-ciri toxic employee agar bisa mencegah mereka masuk perusahaan Anda. Berikut di antaranya.
1. Sering Bergosip
Biasanya karyawan toxic akan membentuk kelompok untuk bergosip atau membicarakan cerita yang belum tentu jelas kebenarannya. Dari gosip inilah kemudian berita akan tersebar dan menyulut konflik.
Gosip yang menyebar yang akan merusak hubungan baik antar karyawan. Akhirnya kinerja menjadi terhambat karena rasa tidak nyaman.
2. Menyalahkan Orang Lain Adalah Hobinya
Saat melakukan kesalahan, alih-alih mengakui hal tersebut, toxic employee malah lebih senang melempar kesalahan tersebut kepada orang lain. Mereka akan mengarang cerita bahwa kesalahan bisa terjadi karena rekan kerja mereka bekerja tidak becus.
3. Merasa Berkuasa
Karakteristik karyawan toxic selalu menganggap diri mereka berkuasa dan bertindak layaknya bos. Mereka tidak segan memerintah rekan kerja lainnya untuk mendapatkan rasa hormat dan pengakuan.
4. Kritis untuk Hal-hal Tidak Penting
Kritis adalah hal yang perlu dilakukan oleh karyawan. Namun, tidak dengan karyawan toxic yang cenderung mengkritisi hal-hal yang tidak penting yang tujuannya hanya untuk memperlihatkan bahwa mereka cerdas.
5. Senang Membully Rekan Kerja
Ciri toxic employee lainnya adalah senang melakukan bullying terhadap rekan kerjanya. Mereka senang menyakiti hati, menghancurkan motivasi, mempermalukan rekan kerja, serta menurunkan semangat rekan kerjanya.
Kelakuan perundungan seperti ini tentu bukan hal yang harus Anda tolerir karena dapat merugikan dan mengganggu kesehatan mental karyawan lainnya.
6. Suka Mengeluh
Daripada bersyukur, karyawan toxic lebih senang mengeluhkan semua hal dan menganggap perusahaan tidak adil kepada dirinya. Ini sering mereka lakukan untuk mendapatkan simpati dari rekan kerja lainnya.
7. Ingin Menang Sendiri
Perusahaan tentu senang bila memiliki karyawan yang dapat memberikan masukan dan ide cemerlang, tapi bagaimana jika mereka tidak mau mendengarkan opini orang lain?
Inilah biasanya yang dilakukan toxic employee. Mereka merasa dirinya benar dan tidak mau mendengar pendapat dari orang lain. Menurutnya, ide mereka lah yang terbaik.
Baca juga: 11 Ciri-Ciri Penjilat di Kantor dan Cara Menghadapinya
Apa Dampak Merekrut Toxic Employee?
Kehadiran karyawan ‘beracun’ di perusahaan dapat membawa dampak negatif bagi perusahaan. Mereka mampu memengaruhi karyawan yang rajin dan setia menjadi berperilaku negatif.
Berikut dampak yang mungkin akan terjadi saat Anda merekrut toxic employee ke dalam perusahaan.
1. Lingkungan Kerja Menjadi Tidak Sehat
Perilaku toxic employee dapat menciptakan negative vibe di lingkungan kerja. Dengan segala keluhan dan gosip yang mereka sebarkan, ini bisa membuat kerja sama tim yang tadinya berjalan harmonis menjadi tidak sehat dan tidak kondusif.
2. Produktivitas Kerja Menurun
Karyawan toxic sering sekali bertingkah seenaknya di kantor. Mereka sering datang terlambat, mengajukan izin seenaknya, bahkan juga suka memperpanjang jam makan siang.
Jika hal ini terus terjadi dan dibiarkan, pastinya karyawan lain pun akan mengikutinya. Akhirnya produktivitas karyawan pun menurun sehingga berdampak langsung pada perusahaan.
3. Manajemen Perusahaan Menjadi Berantakan
Ada banyak kasus di mana kehadiran toxic employee merusak manajemen perusahaan. Ini karena mereka senang menusuk dari belakang dengan cara memengaruhi karyawan lainnya untuk menentang atau melawan atasan mereka.
4. Membuat Top Talent Resign
Karyawan toxic terkenal sebagai tukang cari masalah, hal inilah yang membuat beberapa karyawan termasuk top talent menjadi kurang nyaman dan akhirnya memutuskan resign.
Tentu hal ini sangat merugikan karyawan. Apalagi kehadiran top talent juga sangat berpengaruh bagi perusahaan.
5. Stres di Lingkungan Kerja Meningkat
Segala hal yang dilakukan karyawan ‘beracun’ akan membawa negative vibe dan emosi bagi orang di sekitarnya.
Mood yang tadinya positif bisa mendadak jadi negatif karena kehadiran mereka. Akibatnya stres dan demotivasi pun muncul. Alhasil kehadiran toxic employee juga bisa menyebabkan lingkungan kerja toxic.
Baca juga: 7 Cara Membangun Kultur Perusahaan yang Baik, Kuat, dan Produktif
Cara Mencegah Perekrutan Toxic Employee
Sudah menjadi tugas HR recruiter atau juga talent acquisition untuk merekrut karyawan-karyawan potensial bagi perusahaan. Termasuk juga menjadi garda terdepan perusahaan untuk mencegah toxic employee masuk.
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan agar Anda tidak merekrut karyawan yang toxic.
1. Observasi Perilaku Mereka dalam Wawancara
Cara pertama agar Anda tidak merekrut karyawan toxic adalah dengan mengobservasi segala perilaku pelamar selama proses wawancara. Perhatikan cara mereka menjawab serta gestur yang mereka berikan.
Selain itu, Anda juga bisa memberikan beberapa pertanyaan tentang bagaimana mereka mengelola situasi tertentu di masa lalu. Minta mereka memberikan beberapa contoh agar Anda bisa menilai lebih dalam.
Ada baiknya Anda menggunakan wawancara terstruktur, di mana Anda menanyakan pertanyaan yang sama kepada setiap kandidat.
Beberapa pertanyaan yang bisa Anda ajukan selama proses wawancara untuk menilai perilaku mereka antara lain:
- Apa yang dikatakan mantan bos Anda tentang Anda?
- Bagaimana rekan kerja Anda melihat Anda?
- Cobalah ceritakan tentang saat di mana Anda mengalami stres, konflik, atau hambatan di tempat kerja. Apa yang Anda lakukan?
- Ceritakan kegagalan yang pernah Anda alami.
- Orang seperti apa yang menurut Anda paling sulit untuk diajak bekerja sama?
Selain mengajukan beberapa pertanyaan tersebut, cobalah mengobservasi perilaku berikut:
- Apakah kandidat datang tepat waktu saat wawancara?
- Apakah kandidat berbicara negatif tentang mantan bosnya atau rekan kerjanya?
- Apakah kandidat cenderung menyalahkan orang lain atas tanggung jawabnya?
2. Coba Cocokkan Nilai Mereka dengan Nilai Perusahaan
Salah satu indikator terkuat bahwa kandidat akan menjadi karyawan yang hebat adalah bila nilai mereka sejalan dengan misi perusahaan. Saat menilai kandidat, amati pola pikir mereka secara keseluruhan.
Uji kecerdasan emosional mereka dengan menanyakan bagaimana mereka menanggapi tantangan di masa lalu. Lihatlah apakah jawaban mereka lebih menyoroti tanggung jawab pribadi atau justru menyalahkan bos atau kolega mereka sebelumnya.
Seperti yang ditulis oleh Christine Porath dalam Harvard Business Review, carilah tanda-tanda kesopanan. “Memahami bagaimana perilaku kandidat di masa lalu akan membantu Anda menilai apakah mereka sopan saat mereka bekerja”.
3. Tanyakan Kesopanan Kandidat kepada Referensi Mereka
Memahami kandidat di masa lalu akan membantu Anda menilai apakah mereka memiliki kesopanan saat bekerja atau tidak. Oleh karena itu, tanyakan perilaku mereka kepada orang yang mereka jadikan referensi.
Mintalah contoh perilaku spesifik dari karakteristik kandidat. Ajukan pertanyaan yang menyentuh inti kesopanan, seperti “Bagaimana rasanya bekerja dengannya?” atau “Apa yang bisa dia tingkatkan? Apakah perilaku kandidat pernah mencerminkan negatif pada organisasi?”, dan lain sebagainya.
Baca juga: 6 Cara Melakukan Reference Check Agar Tak Salah Rekrut Kandidat
4. Manfaatkan Teknologi saat Proses Screening
Tak jarang HR kecolongan dalam merekrut karyawan toxic karena tidak menyadari tandanya dalam proses screening. Ini sebenarnya bisa dimaklumi mengingat proses screening secara manual sangat melelahkan serta rawan terjadi bias.
Oleh karena itu, guna mencegah karyawan toxic masuk ke perusahaan, perlu adanya transformasi dalam proses screening kandidat. Di mana tidak lagi dilakukan secara manual tetapi dilakukan dengan bantuan teknologi AI.
Teknologi AI membantu proses screening kandidat dengan cara background checking serta mencocokan skill, pengalaman, dan kompetensi mereka sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Semua ini bisa Anda dapatkan dalam Premium Recruitment KitaLulus yang merupakan software HR untuk merekrut dan menyaring kandidat dengan lebih mudah.
Dengan software ini, sistem akan akan mengecek latar belakang kandidat apakah mereka termasuk kandidat bermasalah atau tidak, dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Bersama KitaLulus, mendapatkan karyawan yang ideal bukan lagi hal susah, yuk coba sekarang juga!