Tiap perusahaan pastilah melewati masa-masa performa naik dan turun, termasuk dari segi keuangan. Financial distress adalah istilah yang mengacu pada kondisi penurunan performa tersebut.
Jika tak segera diatasi, financial distress akan berakhir dengan kebangkrutan. Mari kita telusuri lebih lanjut mengenai apa itu financial distress, penyebabnya, dan cara menghitungnya.
Apa Itu Financial Distress?
Financial distress adalah peristiwa penurunan kinerja keuangan perusahaan secara terus-menerus dalam periode tertentu. Bagi perusahaan, financial distress adalah salah satu penyebab kebangkrutan yang paling umum terjadi.
Bedanya dengan penurunan laba biasa, nominal kerugian akibat financial distress bisa sangat besar, sehingga berdampak pada kelancaran operasional perusahaan.
Indikator Perusahaan yang Mengalami Financial Distress
Terdapat beberapa indikator yang dapat mengisyaratkan atau menandakan sebuah perusahaan yang mengalami financial distress.
1. Kategori A
Indikator financial distress kategori A adalah kondisi-kondisi ekstrim yang hampir 100% akan menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Beberapa contoh indikator financial distress yang masuk dalam kategori ini meliputi kebakaran, wanprestasi, pelanggaran hukum serius, dan sejenisnya. Untuk menangani ini, perusahaan memerlukan bantuan hukum dari pengacara.
2. Kategori B
Sementara itu, indikator financial distress kategori B adalah terjadinya kerugian berkelanjutan perusahaan akibat hal-hal besar, seperti krisis ekonomi, kekurangan pendanaan, dan kegagalan memenuhi harapan investor. Cara terbaik menangani indikator financial distress kategori B adalah dengan menjual aset atau mengurangi biaya.
3. Kategori C
Dalam kategori C, financial distress adalah kondisi yang terjadi karena kendala-kendala internal, seperti strategi perusahaan yang kurang efektif, masalah penagihan piutang, kerusakan, dan lain sebagainya.
Cara terbaik menangani indikator financial distress kategori C meliputi perbaikan strategi perusahaan, memberhentikan orang-orang bermasalah, dan merekrut sumber daya manusia berkualitas.
4. Kategori D
Indikator financial distress paling ringan adalah kategori D, yaitu kejadian-kejadian kecil yang menyebabkan inefisiensi atau kerugian finansial. Indikator financial distress ini sering terjadi di dunia bisnis, dan solusinya dapat beragam tergantung sumber masalahnya.
Baca Juga: Analisis Fundamental: Definisi, dan Cara Pendekatannya
Jenis-jenis Financial Distress
Selain memahami definisi dan indikator financial distress, sebagai seorang pengusaha, kamu juga wajib mengenali beberapa jenis financial distress yang umum terjadi, yaitu:
1. Economic Failure
Jenis pertama financial distress adalah economic failure, yaitu kegagalan sistem ekonomi secara menyeluruh dalam suatu negara atau kawasan. Salah satu contoh jenis financial distress ini adalah inflasi yang tak terkendali, krisis moneter, menjadi korban bubble economy, dan sebagainya.
2. Business Failure
Selain karena faktor ekonomi di luar perusahaan, financial distress juga dapat berbentuk business failure, atau kegagalan bisnis dalam mencapai target-target keuangan perusahaan. Financial distress jenis ini dapat diakibatkan oleh berbagai sektor, mulai dari pemasaran, produksi, hingga divisi keuangan sendiri.
3. Technical Insolvency
Technical insolvency adalah jenis financial distress yang terjadi akibat kegagalan perusahaan melunasi liabilitas jangka pendeknya, seperti hutang dagang, tagihan bulanan, gaji karyawan, dan lain sebagainya. Idealnya, technical insolvency tidak berlangsung lama dan dapat diselesaikan dalam periode kurang dari 1 tahun.
4. Bankruptcy Insolvency
Jenis keempat financial distress adalah kelanjutan dari technical insolvency, yaitu bankruptcy insolvency. Financial distress ini terjadi jika perusahaan terus mengalami kegagalan membayar liabilitas jangka pendek, yang berdampak pada kegagalan pembayaran liabilitas jangka panjang.
5. Legal Bankruptcy
Jenis terakhir financial distress adalah legal bankruptcy, atau kebangkrutan karena masalah hukum. Legal bankruptcy dapat terjadi karena bankruptcy insolvency atau pelanggaran-pelanggaran berat lain yang dilakukan perusahaan, hingga akhirnya mengharuskan bisnis dipailitkan oleh pengadilan.
Penyebab Financial Distress
Sekarang kamu sudah mengetahui apa itu financial distress, indikator, serta jenis-jenisnya. Selanjutnya, kamu juga harus tahu penyebab financial distress yang mungkin terjadi, agar dapat menghindarinya.
1. Perencanaan Bisnis Kurang Baik
Penyebab financial distress yang pertama adalah perencanaan bisnis yang kurang baik, entah dari segi pemasaran, produksi, distribusi, atau keuangan. Jika operasional perusahaan tidak direncanakan dengan tepat dan cermat (terutama dari segi penganggaran biaya), maka bisnis akan berpotensi mengalami financial distress.
2. Arus Kas Bermasalah
Pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress sangatlah besar. Jika keuangan perusahaan mengalami arus kas yang tidak lancar, maka bisnis lebih berisiko mengalami financial distress dalam waktu singkat.
Kelancaran arus kas di sini mencakup kelancaran penagihan piutang, pembelian bahan baku sesuai kebutuhan, dan lain sebagainya.
3. Struktur Modal Terlalu Berisiko
Selain arus kas, pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress dari segi struktur modal juga sangat signifikan, terutama dalam jangka panjang. Jika perusahaan terlalu banyak bergantung pada liabilitas (utang), maka bisnis berisiko mengalami legal bankruptcy dan dihadapkan pada kepailitan.
4. Kerugian Secara Operasional
Penyebab financial distress yang terakhir adalah kerugian berkelanjutan secara operasional. Jika divisi pemasaran terus mengalami kegagalan dalam mencapai target, maka perusahaan lebih berisiko mengalami financial distress, baik karena gagal melaksanakan kewajiban operasional maupun gagal memuaskan investor.
Baca Juga: Stock Split adalah: Pengertian, Tujuan, dan Dampaknya
Bagaimana Mengukur dan Rumus Financial Distress?
Untuk mengukur dan menghitung tingkat financial distress suatu perusahaan, terdapat beberapa metode dan rumus yang dapat digunakan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Altman Z-Score
Altman Z-Score adalah salah satu metode yang paling umum digunakan untuk mengukur tingkat financial distress perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:
Z-Score = 1.2A + 1.4B + 3.3C + 0.6D + 1.0E
- A = Working Capital dibagi Total Assets
- B = Retained Earnings dibagi Total Assets
- C = EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dibagi Total Assets
- D = Market Value of Equity dibagi Total Liabilities
- E = Sales dibagi Total Assets
Jika hasil Z-Score lebih dari 3, perusahaan dianggap aman dari risiko financial distress. Sebaliknya, jika hasilnya kurang dari 1.81, perusahaan berada dalam kondisi financial distress. Lalu, jika hasilnya berada di antara angka 1,81 dan 3, maka perusahaan berpotensi mengalami financial distess.
2. Metode Springate
Jika kamu ingin melakukan perhitungan dengan metode Springate, berikut merupakan rumusnya yang bisa digunakan.
S= 1,03A + 3,07B +1,66C + 0,4D
- A = Working capital dibagi Total Aset
- B = EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dibagi Total Assets
- C = EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) dibagi Current Liabilities
- D = Sales dibagi Total Aset
Berdasarkan nilai S yang diperoleh, perusahaan berpotensi mengalami kesulitan keuangan dan mengalami kebangkrutan jika nilai S kurang dari 0,862. Sedangkan jika nilai S lebih dari 0,862, perusahaan memiliki kondisi keuangan yang sehat dan tidak berpotensi mengalami kesulitan keuangan.
Cara Mencegah Financial Distress
Agar kamu bisa terhindar dari faktor-faktor penyebab financial distress, berikut adalah beberapa cara untuk mencegahnya:
1. Fokus pada Likuiditas Bisnis
Cara pertama mencegah financial distress adalah dengan fokus pada memperlancar arus kas dan cadangan dana. Untuk mewujudkannya, ada beberapa upaya yang bisa kamu ambil, seperti menggunakan jasa anjak piutang untuk menagih hutang dagang, membentuk tim pemasaran dengan pencapaian tinggi, hingga memilih instrumen investasi dengan risiko minimal.
2. Buat Strategi Perusahaan Guna Menghadapi Masa Terburuk
Upaya berikutnya untuk mencegah financial distress adalah menciptakan berbagai cadangan strategi guna menggantikan strategi utama, termasuk strategi menghadapi kondisi terburuk.
Seperti sudah dibahas sebelumnya, faktor penyebab financial distress bukan hanya berasal dari dalam perusahaan, tapi juga dari faktor eksternal. Jadi pastikan perusahaanmu memiliki strategi andalan untuk menghadapi eksternalitas seperti krisis moneter, inflasi, dan sebagainya.
3. Tetapkan Batas dalam Memberikan Utang Dagang
Utang dagang adalah salah satu penyebab terhambatnya arus kas perusahaan. Dari segi pemasaran, utang dagang memang baik karena bisa meningkatkan penjualan. Namun, jika penagihannya tidak baik, maka dampaknya juga buruk dari segi finansial. Oleh karena itu, pastikan perusahaan tidak memberikan terlalu banyak utang dagang pada konsumen.
4. Jaga Keseimbangan Neraca Pembayaran
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress adalah signifikan. Sehingga pastikan perusahaan kamu memiliki neraca pembayaran yang seimbang, tidak terlalu banyak berutang atau pun berpiutang.
5. Menyiapkan Asuransi untuk Kondisi Tak Terduga
Cara terakhir mencegah financial distress adalah menyiapkan asuransi untuk berbagai sektor berisiko dalam perusahaan, seperti asuransi tenaga kerja, mesin, dan aset berharga. Dengan menyiapkan asuransi, kamu bisa mendapatkan bantuan likuiditas saat finansial bisnis bermasalah, sehingga bisa menghindari kebangkrutan.
Baca Juga: Right Issue adalah: Pengertian, Keuntungan, dan Kerugiannya
Demikian pembahasan mengenai apa itu financial distress, indikator, jenis-jenisnya, faktor penyebab financial distress, dan cara menghitungnya! Financial distress adalah kondisi yang sebaiknya dihindari sebaik mungkin, maka pastikan kamu mempelajari cara mengatasi sumber masalahnya dengan baik!
Jika kamu senang dengan artikel-artikel serupa, kamu bisa mendapatkan berbagai artikel edukasi finansial lainnya hanya di KitaMapan, lho! Yuk, baca dan kunjungi halaman artikel menarik lainnya.
Kamu juga bisa berlangganan newsletter-nya hanya dengan memasukkan alamat email. Yuk, mulai terapkan tips mengelola keuangan dari KitaMapan sekarang!