Ada sebuah fenomena yang masih ramai diperbincangkan sampai sekarang. Yaitu kerja melalui orang dalam perusahaan atau melalui calo pabrik jika kamu ingin bekerja di sebuah pabrik.
Fenomena ini bahkan sering mengundang perspektif negatif dari orang-orang sekitar. Sebab, terkadang calon kandidat yang memang memiliki kualitas kalah dengan kandidat yang menggunakan orang dalam atau calo pabrik ini.
Lalu, apakah ada etika melamar kerja melalui orang dalam atau calo pabrik? Apakah lewat calo kerja pabrik ini, kamu langsung mendapatkan pekerjaan yang diinginkan? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
BACA JUGA: Bosan Di-ghosting HRD? Coba Walk In Interview Aja! | Pelajari Selengkapnya Di Sini
Fenomena Calo Pabrik atau Orang Dalam
Sebagai orang Indonesia, tentunya kita familiar dengan “calo”. Fenomena ini ada di dalam semua hal. Mulai dari calo tiket transportasi, calo tiket konser, calo sertifikat vaksin, calo pelayanan publik, hingga calo pabrik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), calo diartikan “sebagai orang yang menjadi perantara dan memberikan jasanya untuk menguruskan sesuatu berdasarkan upah; perantara; makelar”
Munculnya fenomena calo bisa berawal dari situasi atau kondisi yang sulit untuk ditembus. Seperti di pelayanan publik yang membutuhkan waktu lama untuk mengurus sebuah dokumen. Tapi dengan calo, semua urusan bisa selesai dengan waktu cepat.
Sama halnya dalam pekerjaan. Proses rekrutmen yang sulit dan panjang membuat beberapa kandidat merasa malas melewatinya. Oleh karena itu, mereka menggunakan jasa “orang dalam” atau “calo pabrik” untuk mendapatkan posisi yang diinginkan.
Konon katanya, melamar kerja dengan menggunakan jasa orang dalam atau calo pabrik jauh lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan kerja. Mereka memilih jalan pintas dibandingkan untuk mengikuti proses rekrutmen karyawan yang panjang dan lama.
Namun dengan menggunakan jasa calo, berarti kamu siap merogoh uang yang banyak untuk mendapatkan apa yang kamu mau. Termasuk dalam calo pabrik atau orang dalam. Akan tetapi ada konsekuensi dari kegiatan ini, yaitu penipuan.
Sudah banyak kasus orang yang ingin kerja dengan menggunakan jasa orang dalam atau calo pabrik ini. Mereka bahkan tidak ragu untuk memberi sejumlah uang pelican agar bisa bekerja di perusahaan tersebut.
Tapi sayangnya, setelah mengeluarkan uang pelican yang banyak, mereka tak kunjung dipekerjakan. Orang-orang langsung melaporkan calo kerja pabrik ini ke polisi yang membuat calo pabrik ini menjadi buronan.
Umumnya, fenomena calo pabrik ini terjadi di kota-kota industri yang memang terdapat banyak pabrik dari perusahaan ternama. Calo kerja pabrik ini akan meminta sejumlah uang sebagai syarat untuk diterima kerja.
Bahkan tidak jarang calo pabrik yang dimaksud adalah HRD atau karyawan yang memang bekerja di perusahaan tersebut. Bahkan calo kerja pabrik ini tidak segan-segan untuk mencoba mempengaruhi pihak recruiter untuk meloloskan orang yang dibawa.
Padahal belum tentu orang yang dibawa oleh calo pabrik itu memiliki kualifikasi yang dibutuhkan. Bentuk pengaruh yang diberikan pun beragam. Mulai dari “rayuan”, memberikan hadiah kecil sebagai bentuk sogokan atau nepotisme, hingga memberikan ancaman secara halus.
Dampak Fenomena Calo Pabrik Pada Perusahaan
Menggunakan calo pabrik atau orang dalam untuk mempercepat proses rekrutmen akan memberikan beberapa dampak pada perusahaan. Hal-hal yang mungkin bisa terjadi di dalam perusahaan adalah:
1. Kecemburuan Sosial
Campur tangan calo pabrik seringkali berkaitan dengan kegiatan nepotisme yang bisa memunculkan asumsi. Asumsi tersebut bisa berupa omongan karyawan bahwa kandidat yang diterima tidak memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan.
Hasilnya? Di dalam perusahaan bisa tercipta lingkungan kerja yang toxic. Banyaknya cibiran dan pandangan negatif pada karyawan yang dibawa oleh calo kerja pabrik. Hal ini tentunya akan menciptakan kecemburuan sosial di kalangan karyawan yang memang mengikuti proses rekrutmen dari awal hingga dapat diterima.
2. Manpower Cost Menjadi Bengkak
Pada dasarnya, sebuah perusahaan sudah memiliki kebutuhan karyawan yang ditetapkan. Lalu bagaimana jika ada tambahan karyawan yang dibawa oleh calo pabrik atau orang dalam?
Tentunya hal ini akan menyebabkan kebutuhan manpower atau kebutuhan karyawan di dalam perusahaan membengkak. Hal ini terjadi karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan yang nantinya akan menyebabkan wasted cost.
3. Lack of Competence Berubah Menjadi Unproductivity
Terkadang orang yang dibawa oleh calo pabrik atau orang dalam belum tentu memiliki kompetensi bidang yang dibutuhkan. Penerimaan yang dipaksakan ini bisa berakibat buruk bagi perusahaan dan orang yang dibawa calo kerja pabrik itu sendiri.
Akibatnya, orang yang dibawa oleh calo pabrik ini tidak mampu untuk menunjukkan kapabilitas dan kinerja yang maksimal. Hal ini tentunya akan membawa dampak buruk para produktivitas kerja.
Lalu mengapa bisa sampai ada fenomena orang dalam dan calo pabrik yang berkonotasi negatif ini? Pada dasarnya, fenomena calo kerja pabrik ini bisa didasari oleh beberapa hal, seperti:
4. Kurangnya Pemahaman Terkait Fleksibilitas Proses Rekrutmen
Tidak sedikit perusahaan atau pabrik yang masih menggunakan sistem “negotiable” pada saat proses rekrutmen. Hal ini artinya, masih akan ada peluang nepotisme dari orang dalam atau calo pabrik yang memang bisa mencari peluang.
Peluang yang dimaksud adalah celah untuk menegosiasikan orang bawaan calo pabrik atau orang dalam ini dengan memberikan beberapa bahan pertimbangan. Para calo kerja ini akan berpikir bahwa standar proses rekrutmen yang diterapkan masih bisa ditembus.
5. Adanya Pemilik Kuasa
Orang dalam atau calo pabrik tidak selalu HRD atau karyawan yang memang bekerja di perusahaan itu. Terkadang pemangku jabatan di perusahaan pun bisa menggunakan cara ini untuk memasukkan orang yang dibawanya.
Jika orang dalam atau calo pabrik adalah pemangku jabatan, biasanya apapun hasilnya, orang yang dibawa oleh mereka harus diterima dan bisa langsung bekerja. Mau tidak mau, pihak HRD “meloloskan” orang tersebut karena “bos besar” langsung yang meminta.
6. Adanya Conflict of Interest
Dalam proses rekrutmen tentu saja ada conflict of interest yang merupakan tuntutan bagi pihak HRD untuk menerima referensi orang yang sering kali didasari atas kepentingan pribadi.
Biasanya, orang dalam atau calo pabrik menginginkan suatu bentuk timbal balik jika orang yang dibawa bisa lolos proses rekrutmen dan diterima kerja di perusahaan tersebut.
Lalu siapa sih sebenarnya yang bertanggung jawab atas fenomena orang dalam atau calo kerja pabrik yang sering dianggap negatif ini?
Pihak recruiter bukanlah satu-satunya pihak yang harus bertanggung jawab dalam fenomena ini. Meskipun mereka turut andil dalam “meloloskan” orang bawaan calo pabrik atau orang dalam.
Namun, manajemen perusahaan juga memiliki peran. Biasanya pihak manajemen perusahaan sering kali “meruntuhkan” peraturan dan sistem dari proses rekrutmen perusahaan yang sudah ditetapkan. Sehingga orang dalam atau calo pabrik memiliki peluang untuk memasukkan orang bawaannya.
BACA JUGA: Menjalankan Masa Probation Tidak Boleh Coba-Coba, Ketahui Hal Penting Ini Dulu
Etika Melamar Kerja Lewat “Orang Dalam”
Tidak melulu bermakna negatif, fenomena orang dalam atau calo pabrik bisa kamu jadikan sebagai bentuk koneksi kerja. Koneksi kerja ini tidak hanya akan membantumu untuk mendapatkan kerja, tetapi juga bisa membantu perusahaan untuk mempekerjakan karyawan dengan kualitas terbaik.
Dengan menggunakan koneksi kerja untuk mendapatkan sebuah wawancara, artinya kamu akan melalui proses rekrutmen dengan tingkat kepercayaan terbaik di perusahaan.
Berikut beberapa etika pada saat kamu melamar kerja lewat orang dalam:
1. Pahami Siapa Koneksimu
Jika kamu sudah mengenal dan memahami siapa koneksimu secara personal, maka melamar kerja melalui orang dalam akan sangat lebih mudah dibandingkan menggunakan jasa calo pabrik.
Hal terpenting dalam membangun sebuah koneksi kerja adalah berhubungan baik dengan koneksi tersebut. Semakin erat hubungan kalian, maka akan semakin berharga dan semakin kuat.
Dengan begitu kamu bisa memberikan impresi terbaikmu ketika sudah diterima di perusahaan tersebut. Jauh lebih positif bukan, dibandingkan menggunakan jasa calo pabrik.
2. Hargai Koneksimu
Etika selanjutnya yang perlu kamu tahu adalah menghargai koneksi. Jika kamu memiliki banyak koneksi kerja profesional, bukan berarti kamu bisa memanfaatkan peluang tersebut untuk kepentingan pribadi, ya! Jangan bersikap seperti kamu menggunakan jasa calo pabrik.
Oleh karena itu, kamu harus tau batasan profesional dalam membangun koneksi kerja. Hargai batasan personal antara kamu dan koneksimu sehingga tidak ada masalah pribadi yang terlibat. Ingat, koneksi kerja dan calo pabrik adalah dua hal yang berbeda.
3. Ada Give and Take
Dalam sebuah hubungan profesional, antara kamu dan koneksimu, tentunya ada give and take. Kamu bisa memahami apa yang diinginkan oleh koneksimu, bukan hal sebaliknya. Hal ini tentunya sangat jauh berbeda jika menggunakan jasa calo kerja pabrik.
Hubungan profesional yang ideal adalah kalian bisa saling mendukung dan membantu satu sama lain secara profesional. Sehingga koneksimu bisa menawarkan sebuah pekerjaan melalui dirinya di suatu perusahaan. Tentunya kamu tidak perlu merogoh banyak uang, seperti ketikan menggunakan jasa calo pabrik.
4. Ketahui Apa yang Kamu Inginkan
Sebelum kamu bertanya terkait pekerjaan kepada koneksimu, ada baiknya kamu mengetahui jenis pekerjaan apa yang kamu inginkan. Setelah kamu merasa yakin, baru kamu bisa bertanya pada koneksimu yang sekiranya bisa membantu untuk mendapatkan referensi.
Kamu bisa memulai dengan membuat daftar kemampuan dan keinginanmu. Sehingga nantinya akan membantumu untuk membentuk karir dan lingkungan kerja yang cocok. Hal ini tentunya akan jauh lebih mudah dan praktis dibandingkan menaruh harapan pada calo pabrik yang ujung-ujungnya belum tentu bisa diterima kerja.
5. Berikan Kesan Terbaikmu
Etika selanjutnya adalah memberikan kesan terbaikmu. Untuk membangun sebuah koneksi kerja yang baik, tentunya kamu harus memberikan kesan terbaikmu. Hal ini juga akan berpengaruh pada saat kamu mendapatkan wawancara kerja di tempat yang direkomendasikan oleh koneksimu.
Hal yang perlu diingat ketika melamar lewat koneksi dalam ini adalah, kamu juga membawa nama baik orang tersebut. Oleh karena itu, kamu harus bersikap profesional dalam mengikuti prosesnya.
Jika kamu menggunakan jasa calo pabrik, tentunya kamu tidak perlu repot-repot untuk bersikap seperti ini. Tapi, jangan terlalu berharap banyak untuk dapat diterima kerja jika menggunakan calo kerja pabrik, ya!
Itulah penjelasan terkait calo pabrik dan etika melamar lewat orang dalam. Mendapatkan pekerjaan melalui orang dalam memang masih dianggap sebagai cara yang negatif dan curang. Namun, bukan berarti kamu tidak bisa memanfaatkan koneksi kerjamu untuk mendapatkan pekerjaan yang kamu inginkan.
Perlu diingat lagi, bahwa mendapatkan kerja dari koneksi kerja dan calo kerja pabrik adalah dua hal yang berbeda. Baik buruknya, kamu yang menentukan.
Daripada menaruh harapan pada calo pabrik, lebih baik melihat dan melamar kerja lewat aplikasi KitaLulus. Dengan aplikasi ini, kamu bisa langsung berhubungan dengan HRD dari perusahaan yang kamu lamar, lho!
Tidak hanya itu, kini KitaLulus sudah beroperasi di Jabodetabek, Bandung, Makassar, Surabaya, Medan, Semarang, dan Gowa. Banyak kota, banyak pilihan pekerjaan. Jadi, tunggu apalagi? Download aplikasi KitaLulus di Play Store secara gratis, sekarang juga!